Kamis, 07 Januari 2010

Struktur Geologi Nusa Tenggara

A. Struktur Geologi Nusa Tenggara
Kondisi fisik Nusa Tenggara sangat berbeda dengan kawasan lainnya di Indonesia. Kepulauan ini terdiri dari pulau-pulau vulkanis dan rangkaian terumbu karang yang tersebar di sepanjang lautan yang terdalam di dunia, dan tidak memiliki pulau besar, seperti Jawa dan Sumatera. Asal-usul kepulauan ini dan proses-proses yang dialami dalam pembentukan pulau-pulau yang sampai sekarang masih terjadi sangat mempengaruhi posisi, ukuran, dan bentuk pulau. Sebagian besar pulau-pulau di kawasan ini, secara geologis, masih sangat muda, umurnya berkisar antara 1-15 tahundan tiadk pernah merupakan bagain dari massa daratan lain yang lebih besar. Kerumitan kondisi geologi Nusa Tenggara disebabkan oleh posisinya di persimpangan empat lempeng geologis dan dua benua.
Mempelajari pulau-pulau di Nusa Tenggara harus dibedakan antara pulau-pulau oseanik dan pulau-pulau kontinental. Pulau-pulau oseanik artinya pulau-pulau yang muncul dari kerak samudra yang terisolasi dari kerak benua sebagai hasil subduksi oseanik ke oseanik. Pulau-pulau oseanik ini di Nusa Tenggara membentuk baik busur dalam yang volkanik maupun busur luar yang non-volkanik. Semua pulau oseanik ini umurnya lebih muda daripada mid-Miosen (15 Ma). Pulau-pulau seperti ini misalnya Lombok-Sumbawa-Flores-Alor-Wetar-Damar-dst. di Busur Banda. Pulau-pulau kontinental masih merupakan bagian dari massa benua, masih erposisi di paparan benua, hanya dipisahkan oleh laut zaman deglasiasi, misalnya Bali, keraknya bisa benua bisa transisi. Termasuk ke dalam jenis ini adalah pulau berkerak benua, tetapi sudah terpisah dari massa benuanya akibat peristiwa tektonik pada zaman Paleogen. Contoh pulau seperti ini adalah Sumba. Ini kita sebut fragmen benua, mikro-kontinen, atau island raft.
Lombok dan Sumbawa adalah busur kepulauan sebelah dalam yang bersifat volkanik (inner volcanic island arc). Semua pulau busur dalam ini secara struktur adalah yang paling sederhana di Nusa Tenggara, merupakan pulau-pulau oseanik volkanik muda (< 15 Ma), seringkali ditumbuhi terumbu karang di pinggirnya atau material sediment yang berasal dari erosi bagian utama pulau dan terlonggok (terakumulasi) di antara lidah-lidah lava dan material ekstrusi volkanik lainnya.
Lombok dan Sumbawa merupakan bagian paling timur Busur Sunda. Setelah
Sumbawa, pulau-pulau volkanik ke sebelah timurnya kita sebut Busur Banda. Batas antara Busur Sunda dan Busur Banda ini oleh Audley-Charles (1975) pernah disebut sebagai Sumba Fracture, bahkan ia menyebutkan bahwa batas ini sebagai batas struktur antara Indonesia Barat dan Timur.
Satyana (2003) menyambungkan Sumba Fracture ini ke suatu diskontinuitas di Laut Flores, lalu masuk ke Lengan Sulawesi Selatan dan menyambungkannya ke Walanae Fault sebuah lembah sangat dalam di lengan Sulawesi dan menggunakan diskontinuitas besar ini sebagai jalan untuk island raft Sumba berpindah dari tepi tenggara Sundaland ke tempatnya sekarang pada Paleogen sebelum Busur Banda menghalanginya (dalam suatu proses bernama slivering of the continent).
Lombok dan Sumbawa pun karena posisinya paling barat sebagai pulau-pulau volkanik
di Nusa Tenggara mereka paling tua umurnya sebab dari Busur Sunda ke Busur Banda cenderung material penyusunnya semakin muda bergerak ke timur. Bila kita urutkan dari kala tua ke kala muda, Pulau Lombok dan Sumbawa mempunyai sejarah sebagai berikut :
- sebelum Miosen : tak ada kedua pulau ini
- base of pre-Miocene marine rocks (belum teridentifikasi, bisa ada bisa tidak)
- Miocene : southern volcanoes form (submarine volcanoes)
- Mio-Pliocene : sub-aerial volcanoes (makin bergerak ke utara)
- Pleistocene : coral reefs form and are uplifted; 0.2 Ma northern volcanoes form
- 0.04 Ma : Tambora’s first caldera formed
- Holocene : Central plain infills
Dapat kita lihat bahwa di kedua pulau ini (juga hampir semua pulau di busur dalam Nusa Tenggara) terdapat dua mountain land (southern dan northern) yang terbentuk : gunungapi2 Mio-Pliosen yang sekarang tererosi tahap tua membentuk pematang-pematang sempit tertoreh dalam, dan gunungapi2 aktif Kuarter muda yang bentuknya masih kerucut. Ini mencerminkan perkembangan busur volkanik bagian dalam seiring dengan bergeraknya zone subduksi ke utara. Di Lombok dan Sumbawa jalur volkanik tua ada di sebelah selatan. Sisa-sisa gunungapi tua
andesitik-basaltik ini misalnya Gunung Mareje (716 m) di dekat Mataram Lombok atau Gunung Sepakat dan Gunung Dinding di Sumbawa selatan. Di sekitar gunung ini dapat dipelajari dengan baik bagaimana asal dan sekuen gunung ini dalam hubungannya dengan batuan sediment yang tersingkap di sekitarnya, apakah intrusi magmatik yang menerobos batuan sediment lebih tua, apakah gunungapi tua yang di pinggirnya ditumbuhi terumbu karang, dsb.
Pengangkatan Resen terjadi sangat kuat di sebelah selatan Lombok-Sumbawa. Batugamping dan konglomerat dari gunungapi2 tua terangkat membentuk tebing pantai, misalnya di dekat Kuta dan Blongas di Lombok selatan (bandingkan dengan pantai Uluwatu, Bali selatan). Dataran tinggi sebelah selatan Taliwang di Sumbawa baratdaya, juga merupakan uplifted coral limestones yang dulunya tumbuh menumpu (onlap) gunungapi andesitik ke sebelah selatan dan tenggaranya.
Maka, di Lombok dan Sumbawa sebenarnya ada dua massif volkanik, di sebelah
selatan yang lebih tua (Miosen-Pliosen), dan di sebelah utara yang lebih muda (Pleistosen-Holosen). Kedua masiff ini dipisahkan di bagian tengahnya oleh sebuah jalur laut dangkal yang kemudian terisi oleh endapan volkanik dari kedua gunungapi berbeda generasi ini, dan saat ini telah menjadi lembah di tengah kedua pulau ini yang subur dan menjadi lahan pertanian (di Sumbawa tak kelihatan lembah Central Plain ini karena massif gunungapi tua-nya tebal dan
berkembang lebih intensif). Gunungapi terkenal Rinjani (3726 m) di Lombok dan Tambora (2850 m) di Sumbawa adalah produk gunungapi generasi ke dua yang bergerak ke utara di kedua pulau ini.
Maka, bisa disimpulkan bahwa Lombok dan Sumbawa merupakan dua pulau oseanik
penyusun busur volkanik dalam di sistem Busur Sunda paling timur yang berasal dari subduksi antara kerak oseanik Hindia dengan kerak oseanik yang membatasi Sundaland di sebelah tenggara maka kedua pulau ini adalah a proper island arc (bukan seperti Sumatra-Jawa-Bali yang merupakan produk subduksi kerak oseanik di bawah tepi kerak benua-transisi Eurasia continental margin arc).
Batas antara kerak kontinental-transisi Eurasia dengan kerak oseanik yang membatasi Sundaland di sebelah tenggaranya adalah Selat Lombok, sebuah selat angat dalam tempat Alfred Russel Wallace menaruh garis demarkasi zoogeografi pada tahun 1869. Maka cerita tentang rumpang keanekargaman hayati antara Bali dan Lombok, yang duduk sebelah-menyebelas terhadap garis demarkasi ini akan sama menariknya dengan cerita tentang diskontinuitas geologi kedua pulau ini yang duduk di dua massa kerak yang berlainan.
Flores akan punya cerita tektonik yang lebih seru lagi sebab di selatan ia dihalangi oleh fragmen benua Sumba, di utara ia berhadapan dengan Flores megathrust yang sebenarnya sebuah subduksi kerak oseanik West Banda. Cerita biogeografinya juga lebih seru dengan hadirnya sekian banyak makhluk endemic di pulau ini, dari komodo sampai Homo floresiansis. Jelas kita harus memikirkan Flores lain daripada yang lain.


1. Kondisi geologi wilayah NTB
Kondisi geologi wilayah NTB dengan batuan tertua berumur Tersier dan yang termuda berumur Kuarter, didominasi oleh Batuan Gunungapi serta Aluvium (recent). Batuan Tersier di Pulau Lombok terdiri dari perselingan batupasir kuarsa, batulempung, breksi, lava, tufa dengan lensa-lensa batugamping, batugamping dan dasit. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari lava, breksi, tufa, andesit, batupasir tufaan, batulempung, dasit, tonalit, tufa dasitan, batu gamping berlapis, batu gamping tufaan dan lempung tufaan. Batuan Kuarter di Pulau Lombok terdiri dari perselingan breksi gampingan dan lava, breksi, lava, tufa, batuapung dan breksi lahar. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari terumbu koral terangkat, epiklastik (konglomerat), hasil gunungapi tanah merah, gunungapi tua, gunungapi Sangeangapi, gunungapi Tambora, gunungapi muda dan batugamping koral. Aluvium dan endapan pantai cukup luas terdapat di Pulau Sumbawa dan Lombok. Berdasarkan tatanan geologi Indonesia, Wilayah Nusa Tenggara Barat terletak pada pertemuan dua lempeng besar (Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia) yang berinteraksi dan saling berbenturan satu dengan yang lain. Batas kedua lempeng ini merupakan daerah yang sangat labil ditandai dengan munculnya tiga gunungapi aktif tipe A (Rinjani, Tambora dan Sangeangapi).

2. Kondisi geologi wilayah NTT
Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur termasuk dalam kawasan Circum – Pasifik sehingga daerah ini, terutama sepanjang Pulau Flores, memiliki struktur tanah yang labil (sering terjadi patahan). Pulau – pulau seperti Pulau Flores, Alor, Komodo, Solor, Lembata dan pulau– pulau sekitarnya terbentuk secara vulkanik, sedangkan pulau Sumba, Sabu, Rote, Semau, Timor, dan pulau sekitarnya terbentuk dari dasar laut yang terangkat ke permukaan. Dengan kondisi ini maka jalur pulau – pulau yang terletak pada jalur vulkanik dapat dikategorikan subur namun sering mengalami bencana alam yang dapat mengancam kehidupan penduduk yang menetap di daerah tersebut. Dibalik kondisi geologi tersebut ternyata propinsi ini memiliki berbagai macam deposit, baik mineral maupun sumber – sumber energi lainnya. Hampir 100 lokasi di daerah ini mengandung mineral dari sumber energi bumi/bahan bakar minyak, seperti di Pulau Sumba, Timor dan disepanjang pantai Flores bagian timur. Sumber energi dapat dikembangkan dari sungai-sungai besar, seperti Noelmina, Benanain, Aesesa dan sungai Kambaniru. Mineral yang terkandung di propinsi ini adalah: Pasir Besi (Fe), Mangan (Mn), Emas (Au), Flourspor (Fs), Barit (Ba), Belerang (S), Posfat (Po), Zeolit (Z), Batu Permata (Gs), Pasir Kwarsa (Ps), Pasir (Ps), Gipsum (Ch), Batu Marmer (Mr), Batu Gamping, Granit RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020 II - 2 (Gr), Andesit (An), Balsitis, Pasir Batu (Pa), Batu apung (Pu), Tanah Diatomea (Td) Lempung/Clay (Td). Sebaran struktur batuan geologi yang ada di wilayah propinsi ini, adalah :
a. Batuan Silicic (acid) Rock (batuan berasam kersi asam), terdapat di Kabupaten Alor,
Kabupaten Lembata, sebagian besar Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Sikka, Kabupaten
Ende, sebagian besar Kabupaten Ngada, sebagian Kabupaten Manggarai, sebagian besar
Manggarai Barat dan sebagian kecil Kabupaten Kupang;
b. Batuan Matic Basic Rocks (batuan basa);
c. Batuan Intermediate Basic (basa menengah);
d. Batuan Pre Tertiare Undivideo (pra tersier tak dibedakan);
e. Batuan Paleagene (pleogen);
f. Alluvial Terrace Deposit and Coral Reets (alluvium undak dan berumba koral);
g. Batuan Neogene (neogen);
h. Batuan Kekneno Series (deret kekneno);
i. Batuan Sonebait Series (deret sonebait);
j. Batuan Sonebait and Ofu Series Terefolde (deret sonebait dan deret terlipat bersama);
k. Batuan Ofu Series (deret ofu);
l. Batuan Silicic Efusives (efusiva berasam kersik);
m. Batuan Triassic (trias);
n. Batuan Crystalline Shist (sekis hablur).

5 komentar:

  1. gak ada peta-petanya ya mas...??

    BalasHapus
  2. Untuk petanya gak ada mas, materi di atas disadur dari materi perkuliahan saya dulu. Untuk memperoleh peta geologi se-Indonesia, bisa didapat dari BAKOSURTANAL.
    Terima kasih sudah berkunjung, semoga bermanfaat, amiin.... :)

    BalasHapus
  3. PULAU LOMBOK,
    1. KEADAAN GEOGRAFI FISIK
    -GEOGRAFI
    -TANAH
    2.. IKLIM, LAUT (keadaan hidrologinya)
    -FLORA DAN FAUNANYA
    3. KEADAAN PENDUDUKNYA DAN SDA
    -MATA PENCAHARIANNYA
    PEMAMFAATAN SDA
    -GANGUAN TERHADAP SDA DAN CARA PENGANGULAGANNYA
    4.EKOSISTEM ALAMI DAN DANAU,RAWA,DATARAN RENDAH, DAN PENGUUNAN

    BalasHapus
  4. Mantab lah juragan. sayang gak ada gambarnya

    BalasHapus
  5. Terimakasih kak,,, penjelasannya mudah dan lumayan lengkap untuk saya yg awam. saya jadi lebih paham soal struktur geologis NTT. lebih baik kalau ada petanya sih.

    BalasHapus

Halaman