Kamis, 16 Mei 2013

Es di Everest Meleleh

CANCUN, KOMPAS.com — Pemanasan
global telah berdampak pada Everest,
puncak tertinggi di dunia dengan ketinggian
mencapai 8.848 meter di atas permukaan
laut, yang berlokasi di Pegunungan
Himalaya, perbatasan China dan Nepal.
Dalam sebuah konferensi yang berlangsung
di Cancun, Meksiko, Selasa (14/5/2013)
kemarin, Sudeep Thakuri dari University of
Milan di Italia mengatakan bahwa dalam
penelitiannya banyak es di Everest yang
telah meleleh.
Diberitakan Livescience , Selasa, pelelehan es
yang terjadi di Everest mencapai 13 persen.
Sementara itu, batas wilayah bersalju di
Everest naik hingga 180 meter. Artinya,
semakin sedikit wilayah yang ditutupi salju.
Thakuri dan rekannya melakukan penelitian
pada perubahan gletser, temperatur, dan
curah hujan di Everest dan sekitar Taman
Nasional Sagarmatha, wilayah Himalaya
yang dilindungi dan berlokasi di Nepal.
Tim menemukan, gletser di wilayah tersebut
telah mengalami penurunan sejak tahun
1962. Lebih lanjut, Thakuri dan rekannya
menyatakan bahwa curah hujan telah turun
100 milimeter, sementara temperatur telah
naik 0,6 derajat Celsius sejak tahun 1992.
Thakuri menduga bahwa pelelehan yang
terjadi di Everest adalah akibat dari
pemanasan global. Meski demikian, Thakuri
belum bisa menghubungkan secara pasti
pelelehan dengan fenomena perubahan
iklim.
Turunnya gletser dan pelelehan es di
Himalaya menyita banyak perhatian
ilmuwan. Banyak yang menyerukan bahwa
apa yang terjadi di Himalaya adalah bukti
nyata perubahan iklim yang banyak
dipengaruhi oleh aktivitas manusia.
Beberapa studi telah mengungkap bahaya
dari terus naiknya suhu Bumi. Studi terbaru
menyatakan bahwa peningkatan suhu Bumi
akan menyebabkan setengah dari total
spesies tumbuhan dan sepertiga dari total
spesies hewan terancam. Emisi CO2 yang
memengaruhi pemanasan suhu Bumi kini
telah mencapai titik tertinggi dalam 3 juta
tahun terakhir.

Halaman