Indonesia dikenal sebagai wilayah yang mempunyai tatanan Geologi dan Geomorfologi yang unik dan rumit. Keunikan dan keruwetan kondisi ini sudah diuraikan oleh para peneliti terdahulu dengan berbagai pendekatan konsep tektonik klasik atau fisis, yaitu konsep yang berpandangan bahwa terbentuknya geosinklin sampai pegunungan terjadi pada tempat yang tetap.
Kira-kira 250 juta tahun yang lalu, pada permulaan masa Mesozoikum, bumi merupakan suatu benua yang sangat besar yang disebut Pangea. Pada zaman trias 230 juta tahun yang lalu, Pangea pecah menjadi dua bagian, yaitu Laurasia yang terdiri dari Amerika Utara, Eropa, dan Asia yang memisahkan dari Gondwanaland yang terdiri dari India, Australia, Afrika, Amerika selatan, dan Antartika. Di dalam zaman jura, India memisahkan diri dari Gondwanalad dan bergerak ke arah Asia dengan kecepatan 10-18 cm pertahun. Menjelang permulaan zaman tertier, India mulai mendesak Asia dan sebagian menyusup ke bawah Asia. Akibat desakan yang besar ini munculah pegunungan Himalaya, dan juga Pegunungan Bukit Barisaan di kawasan Sunda. Pada zaman Tersier, nampaknya posisi bagian-bagian utama dari Asia tenggara relatif sama dengan yang terdapat sekarang, walaupun posisi sebenarnya telah berpindah ke utara dan selatan khatulistiwa.
Penyusupan sebagian daratan India ke bawah Asia mengakibatkan gempa bumi yang hebat. Walaupun pergerakan ini sudah jauh berkurang, namun hampir semua gempa bumi yang terjadi di Sumatra sampai saat ini masih merupakan kelanjutan peristiwa di atas.
Bersamaan dengan munculnya Pegunungan Bukit Barisan, terbentuklah rangkaian pulau-pulau di sebelah barat pantai Sumatra mulai dari Pulau Simeulue sampai pulau Enggano dan akibat pergerakan berulang-ulang serta sedimentasi maka terbentuklah bukit, lembah, lereng, dan dataran rendah di sebelah timur Pulau Sumatra, sebagaimana keadaan sekarang.
Kini, seperti yang kita ketahui Pulau Sumatra merupakan salah satu pulau besar di Indonesia dengan luas sekitar 473.606 Km, 2 Pulau ini dikeliliingi oleh Samudera Hindia di sebelah barat; Selat Malaka, Selat Karimata dan Laut Jawa di sebelah timur dan tenggara, Selat Sunda di sebelah selatan, dengan kedudukan geografisnya berada pada posisi 6°LU-6°LS dan antara 95°BB-109°BT. Secara administratif Pulau Sumatra dibagi menjadi 10 propinsi yaitu Nanggro Aceh Darussalam, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Riau Kepulaun, Jambi, Bengkulu, Selatan, Bangka Belitung, dan Lampung.
Secara umum, pulau Sumatra didiami oleh bangsa Melayu, yang terbagi ke dalam beberapa suku. Suku-suku terbesar ialah Aceh, Batak, Melayu, Minangkabau, Lampung, Palembang, dan Rejang. Penduduk Pulau Sumatra hanya terkonsentrasi di wilayah Sumatra Timur dan dataran tinggi Minangkabau. Mata pencaharian penduduk Sumatra sebagian besar sebagai petani, nelayan, dan pedagang.
Pulau Sumatra merupakan pulau yang kaya dengan hasil bumi. Dari lima propinsi kaya di Indonesia, tiga propinsi terdapat di pulau Sumatra, yaitu propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, dan Sumatra Selatan. Hasil-hasil utama Pulau Sumatra ialah Kelapa Sawit, Tembakau, Minyak Bumi, Timah, Bauksit, Batu Bara, dan Gas Alam. Beberapa kota di Pulau Sumatra, juga merupakan kota perniagaan yang cukup penting. Medan kota terbesar di Pulau Sumatra, merupakan kota perniagaan utama di pulau ini. Banyak perusahaan-perusahaan besar nasional yang berkantor pusat di sini.
Dari kondisi fisiologis yang meliputi kondisi geologi, kondisi geomorfologi, kondisi tanah, kondisi iklim, kondisi hidrologi, dan pengembangan potensi fisik wilayah Pulau Sumatra itulah, kami tertarik untuk mempelajari lebih lanjut, maka kami menyusun makalah tentang Kondisi Fisiografi dan Pengembangan Wilayah Pulau Sumatra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar