Iklim Indonesia secara umum dipengaruhi oleh kondisi musim yang menghasilkan Arus Monsun Indonesia (Armondo). Dan karena letak Indonesia yang berada diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia menimbulkan Arus Lintas Indonesia (Arlindo). Hal lain yang mempengaruhi kondisi musim di Indonesia adalah posisi Matahari yang melintasi ekuator dua kali setiap tahun. Pada saat kedudukan matahari di atas belahan bumi utara menyebabkan tekanan rendah di belahan bumi utara di Asia dan tekanan tinggi di belahan bumi selatan di Australia. Hal inilah yang mengakibatkan di Indonesia terjadi sirkulasi sistem monsun yang ditandai dengan terbentuknya hutan tropika basah di sebagian besar wilayah Indonesia. Secara umum, Indonesia mengalami musim hujan pada periode Oktober – Maret dan musim kemarau pada periode April – September, dengan masa transisi menjelang awal/akhir periode tersebut.
Sumatera tergolong daerah tipe iklim A (sangat basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Oktober dan Januari, kadang hingga Februari. Berdasarkan iklim ini, Sumatra memiliki hutan gambut yang umumnya berada di daerah tipe iklim A atau B, yaitu di pantai timur Sumatra, hutan hujan tropis, dan hutan muson. Selain itu juga memiliki Hutan hujan tropis yang umumnya menempati daerah tipe iklim A dan B pula. Jenis hutan ini menutupi sebagian besar Pulau Sumatra. Hutan Mangrove berada di pantai timur Sumatra. Dari pola hujan Sumatra Utara termasuk tipe hujan equatorial artinya puncak hujan terjadi dua kali setahun pada saat posisi matahari berada di atas equator. Atau tepatnya puncak curah hujan terjadi satu bulan setelah matahari tepat di atas khatulistiwa: yaitu bulan April/Mei atau Oktober/November.
Menurut Oldeman, Sumatra Utara bagian timur (pantai timur dan lereng timur) semakin menuju pantai atau hilir, curah hujan semakin rendah atau tipe E2, sebaliknya semakin menuju ke lereng pegunungan atau hulu curah hujan semakin tinggi (tipe C1, B1 atau A). Bahkan di Langkat dan Simalungun daerah hulu merupakan tipe A, artinya bulan basah lebih dari 9 bulan atau hampir sepanjang tahun terjadi hujan. Sebaliknya di bagian barat (pantai barat-lereng barat) curah hujan semakin besar menuju pantai (hilir) dan semakin kecil menuju lereng pegunungan atau hulu. Demikian juga di pantai barat tipe iklimnya A artinya hampir sepanjang tahun hujan terjadi.
Seperti halnya curah hujan untuk bagian timur Sumatra Utara di hulu lebih besar dari di hilir, sementara di bagian barat hilir lebih besar dari di hulu. Untuk DAS dipantai timur umumnya panjang dan luas sehingga potensi air hujan yang ditangkap cukup besar dan perlu pengelolaan yang serius supaya supaya tidak banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Untuk DAS di bagian barat rata-rata kecil dan tidak panjang, kecuali DAS Batang Natal. Dengan perkembangan perkotaan curah hujan di lereng yang menghadap pantai dan perkotaan pun akan bertambah besar, sebab angin ke arah lereng akan didorong angin laut yang kuat, hal ini mengakibatkan hujan orografis akan semakin mudah terbentuk, maka intensitas hujan pun akan semakin tinggi. Hujan orografis dapat terjadi dengan mudah di Sumatera dikarenakan oleh adanya deretan pegunungan Bukit Barisan, dimana masa udara dipaksa naik oleh adanya pegunungan tersebut, sehingga terjadilah hujan orografis tersebut.
sumbernya dapat darimana ya untuk postingan ini ?
BalasHapusTerima kasih atas komentarnya Pak. Materi ini bersumber dari materi sewaktu kuliah dulu. Mohon maaf bila ada kesalahan.
BalasHapussama
Hapus