Selasa, 19 Januari 2010

Pengembangan Wilayah Pulau Sumatera

Berdasarkan kondisi potensi fisik yang ada di Pulau Sumatra, pengembangan potensi wilayah di Sumatera dapat dilakukan dalam berbagai bidang, hal ini didukung dengan potensi fisik wilayah Sumatra yang bervariasi, yakni potensi iklim terutama curah hujan yang tinggi dan penyebarannya yang cukup merata sepanjang tahun, potensi tanah yang mendukung, serta sumber daya alam yang besar, sehingga wilayah ini sesuai untuk pengembangan di bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pariwisata. Selain potensi fisik yang ada di Pulau Sumatra, vegetasi dan fauna di pulau tersebut juga mendukung dalam pengembangan potensi wilayahnya.

2.1. Pengembangan Potensi Daerah Pesisir (marin)
Potensi - potensi SDA di daerah pesisir yang dapat dimanfaatkan antara lain:
1. Estuaria (daerah pantai pertemuan antara air laut dan air tawar) berpotensi sebagai daerah penangkapan ikan (fishing grounds) yang baik.
2. Hutan mangrove (ekosistem yang tingkat kesuburannya lebih tinggi dari Estuaria ); untuk mendukung kelangsungan hidup biota laut.
3. Padang Lamun (tumbuhan berbunga yang beradaptasi pada kehidupan di lingkungan bahari) ; sebagai habitat utama ikan duyung, bulubabi, penyu hijau, ikan baronang, kakatua dan teripang.
4. Terumbu Karang (ekosistim yang tersusun dari beberapa jenis karang batu tempat hidupnya beraneka ragam biota perairan).
5. Pantai Berpasir (tempat kehideupan moluska) ; memiliki nilai pariwisata terutama pasir putih.

2.2. Pengembangan Potensi Hidrologi
Potensi - potensi yang dapat dikembangkan berkaitan dengan kondisi hidrologi antara lain:
1. Sumatera memiliki banyak teluk, dapat dimanfaatkan sebagai tempat
pelabuhan.
2. Sungai yang banyak dan besar dapat dimanfaatkan sebagai alat
transportasi sungai, pembangkit listrik dan juga industri perikanan.
3. Banyaknya danau-danau besar dapat dimanfaatkan sebagai empat
rekreasi maupun pembangkit listrik.

2.3. Pengembangan Potensi Bentanglahan Vulkanis
Potensi - potensi bentanglahan vulkanis yang dapat dimanfaatkan antara lain:
1. Adanya dereten Pegunungan Barisan berpotensi untuk lahan
pertanian dan kehutanan, serta mempunyai keanekaragaman vegetasi
yang banyak.
2. Vegetasi yang beranekaragam bermanfaat untuk peternakan.

2.4. Pengembangan Potensi Geologi
Dengan berbagai kondisi geologi yang ada di Pulau Sumatera menyebabkan Pulau Sumatera meimiliki kandungan mineral yang banyak dan beraneka ragam. Berdasarkan pembagian hasil tambang di Pulau Sumatra meliputi batu bara, minyak, gas bumi, dan timah. Propinsi Riau adalah penghasil minyak bumi terbesar di Pulau ini dengan sumur minyak di Minas, Duri, Pedada, dan lirik (darat). Minyak bumi dihasilkan oleh langsa (D.I Aceh), Pendopo Pribumulih (Sumatra Selatan), dan Jambi. Penghasil gas alam adalah Arun (D.I Aceh) dengna tempat pengolahan di Lhokseumawe. Penghasil Batu Bara adalah Ombilin dan sawahlunto (Sumatra Barat) serta Bukit Asam, yang memiliki cadangan sekitar 10 miliar ton. Penghasil Timah adalah Bangkinan Riau daratan. Selain itu masih terdapat berbagai jenis bahan galian yang belum dikelola secara maksimum, seperti kaolin (Sawahlunto, dan Batang kapas di Sumatra Barat), Fosfat (Pasaran Bacang di utara Padang), Batu Gamping (Padang), tras (Sumatra Barat dan Utara), serta emas (Rejangleboh, Bengkulu). Pulau-pulau di sekitar Pulau Sumatra (Bangka, Belitung, Singkep, Karimun dan Kundur) juga menghasilkan timah dan Bintan menghasilkan bauksit.
Berdasarkan potensi bahan galian tersebut, maka dapat di uraikan jenis bahan galian, letak dan kesampaian daerah, serta kegunaannya adalah sebagai berikut:
a. Marmer
Batuan Marmer dalam istilah geologi adalah batu gamping atau dolomite yang mengalami metamorfosa kontak atau regional. Batuan Marmer di daerah ini, berwarna abu-abu gelap-agak kemerahan putih, keras, kompak, masif, sebagian terkekarkan kuat, terisi mineral kalsit, dan oksida besi, struktur laminasi masih nampak, berbutir kasar-halus, umumnya tidak menunjukkan suatu perlapisan. Batuan marmer di daerah ini membentuk perbukitan terjal, sebagian berupaya perladangan dan hutan semak belukar.
Lokasi bahan galian marmer di Kecamatan Muara Sipongi, terdapat di Desa Ranjo Batu, Desa Hutatoras, Kecamatan Kotanopan terdapat di Desa Huta Pungkut dan dapat Kecamatan Panyabungan, terdapat di Desa Aek Banir dan Sipagapaga.
Kegunaan marmer terutama untuk bangunan seperti ubin lantai, dinding, papan nama, dekorasi atau hiasan, monument, dan perabot rumah tangga seperti meja dan kap lampu, serta bahan baku pembuatan pupuk.
b. Andesit
Bahan galian andesit, berupa lava andesit, berwarna abu-abu - gelap, kompak, keras, masif, rekah rekah, sedikit berpori, tekstur porphyritic, dan disusun oleh mineral utama plagioklas, hornblende, biotit dan piroksim, umumnya membentuk perbukitan menyebar ke arah barat dan timur meliputi daerah Panyabungan, Sipaga-paga dan Purba Lama, sebagian besar bersifat bongkahan-bongkahan, Bahan galian andesit ini umumnya menempati daerah pemukiman, perkebunan, dan perladangan serta aliran aliran sungai.
Lokasi dan Kesampaian Daerah Bahan galian andesit dijumpai di Kecamatan Panyabungan, terdapat di daerah Aek Banir, Sipaga-paga, dan Purba Lama. Daerah tersebut dapat dijangkau dengan kondisi jalan beraspal. Penyebaran bongkahan bongkahan batuan andesit umumnya dapat diamati secara jelas pada aliran aliran sungai di daerah tersebut.
Kegunaan bahan galian andesit ini terutama untuk bahan bangunan (agregat) dan batu hias (ornamental stone).
c. Batu Gamping
Batu Gamping, berwarna abu-abu - keputihan, keras, kompak, struktur masif, tekstur kristalin dengan ukuran butir kasar, sebagian terkekarkan kuat, terisi mineral kalsit dan oksida besi, umumnya tidak menunjukkan suatu perlapisan, ketebalan bervariasi dari 4-10 meter. Batugamping ini tersusun oleh mineral kalsit (CaCo), terjadi secara organik, mekanik atau kimia. Batu gamping ini pada umumnya membentuk perbukitan merupakan areal perladangan dan semak belukar.
Lokasi dan Kesampaian Daerah: Potensi bahan galian batu gamping di Kecamatan Muara Sipongi, terdapat di Kp. Hutalemba dan di Kecamatan Batang Natal, terdapat di desa Sopotinjak, Bangkelang dan Muara Soma, pada umumnya dapat di jangkau dengan kenderaan roda empat melalui jalan beraspal dengan kondisi jalan baik.
Penggunaan batu gamping tergantung pada sifat-sifat fisik dan kimianya. Penggunaan sebagai bahan bangunan ditentukan oleh sifat fisiknya, sedangkan sebagai bahan industri di tentukan oleh sifat kimianya.
Batu gamping banyak digunakan sebagai bahan baku semen, karbid, bahan pemutih, penetral keasaman, pupuk industri, keramik, bahan bangunan, bahan ornamen, pengembang dan pengisi dalam industri cat, kertas, karer, dan plastik serta dalam industri farmasi, kosmetik, dan industri kimia lainnya. Disamping itu, daerah yang mempunyai topografi karst dapat dikembangkan menjadi objek wisata.
d.Granit
Batuan granit pada umumnya berwarna abu-abu-putih bintik hitam, berbutir kasar, tekstur granitic, kompak, terkekarkan, bentuk kristal subhedral-anhedral, komposisi antara lain kuarsa, biotit dan plagioklas. Pada umumnya tubuh batuan granit di daerah ini telah mengalami tingkat pelapukan yang cukup tinggi sehingga batuan 5- 10 meter. Untuk mengetahui ciri litologi dan sifat fisik batuan ini beberapa bongkahan-bongkahannya yang terdapat di sungai masih menunjukkan aslinya. Batuan granit ini termasuk dalam Batholith
Lokasi dan Kesampaian Daerah: Bahan galian granit terdapat di Kecamatan Muara Sipongi (Muara Sipongi), Kecamatan Kotanopan (Kotanopan), dan Kecamatan Panyabungan (desa padangluru dan Tebing Tinggi), pada umumnya dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dan selanjutnya berjalan kaki menuju lokasi bahan galian.
Kegunaan Batuan granit yang berbutir kasar dan menengah dapat digunakan sebagai bahan bangunan, dermaga, pengeras jalan, dan bendungan. Batuan granit yang berbutir halus dapat diasah dan dipoles untuk penghias lantai dan rumah/gedung. Batuan granit yang berwarna pink, abu-abu bintik hitam, dapat dipoles untuk dinding rumah/gedung, dekorasi, dan alat rumah tangga seperti meja.

e. Kaolin
Kaolin adalah massa batuan yang tersusun dari material lempung dengan kandungan besi rendah.
Lokasi dan Kesampaian Daerah: Potensi bahan galian kaolin terdapat di daerah Sibanggor Tonga, Kecamatan Kotanopan, daerah tersebut dapat ditempuh dengan kenderaan roda empat melalui jalan beraspal, terdapat ditepi jalan.
Kegunaan: Bahan galian kaolin umumnya digunakan dalam berbagai industri, baik sebagai bahan baku utama atau sebagai bahan pembantu. Fungsinya bisa sebagai pengisi (filler), pelapis (coater), bahan tahan api, atau penyekat (isolator). Penggunaan kaolin yang utama adalah dalam industri kertas, keramik, cat, karet/ban, dan plastik. Sedangkan penggunaan lainnya di antaranya untuk industri semen, pestisida, pupuk, kosmetik, farmasi, pasta gigi, tekstil, dan lain-lainnya.
f. Batumulia
Batumulia adalah semua jenis mineral dan batuan yang mempunyai sifat fisik dan kimia yang khas, serta digunakan untuk perhiasan dan bahan dekorasi atau hiasan.
Lokasi dan Kesampaian Daerah: Bahan galian batumulia terdapat di daerah Muara Soma dan sekitarnya, Kecamatan Batang Natal, daerah ini dapat ditempuh dari kota Panyabungan dengan kenderaan roda empat melalui jalan beraspal sekitar 65 Km. Batu mulia umumnya dijumpai pada sungai-sungai di sekitar daerah tersebut dengan berbagi ukuran dari kerikil sampai kerakal.
Kegunaan: Batumulia biasanya digunakan sebagai perhiasan oleh manusia dan penambah keindahan ruangan. Dalam industri pengolahan batumulia antara lain pembuatan cincin, giwang, liontin, gelang, asbak, vas bunga, plakat, batu alam, dan lain-lain.
g. Phospat
Endapan posfat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu endapan permukaan, endapan gua dan endapan bawah permukaan. Secara umum endapan posfat berasal dari tumpukan kotoran burung dan kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batugamping karena pengaruh air hujan dan air tanah. Endapan posfat di daerah penyelidikan, terdapat mudah digali. Endapan posfat pada daerah ini belum pernah diselidiki.
Lokasi dan Kesampaian Daerah: Potensi endapan posfat terdapat pada Gua Soma di Desa Muara Soma, Kecamatan Batang Natal. Daerah tersebut dapat ditempuh kendaraan roda empat dengan kondisi jalan beraspal, selanjutnya menuju lokasi dengan berjalan kaki.
Kegunaan: Kegunaan endapan posfat terutama sebagai pupuk, baik pupuk buatan maupun pupuk alam, dalam industri detergen, asam sulfat, dan industri kimia lainnya.
h. Pasir dan Batu
Pasir dan batu (sirtu) merupakan batuan hasil rombakan dari batuan asal yang tidak terkonsolidasi. Sirtu ini pada umumnya ditemukan pada aliran sungai. Potensi bahan galian sirtu di daerah ini tersebar dan sebagian telah dimanfaatkan.
Lokasi dan Kesampaian Daerah :Bahan galian sirtu (pasir dan batu) pada umumnya terdapat pada aliran-aliran sungai besar antara lain di Batang Angkola, Batang Natal, Batang Gadis, Aek Soma dan beberapa anak sungainya dan sebagian telah diusahakan oleh penduduk setempat.
Kegunaan: Sirtu dapat digunakan dalam sektor konstruksi, seperti perumahan, pertokoan, perkantoran, jembatan, dan jalan.
i. Serpentinit
Batuan serpentinit merupakan batuan metamorf, pada umumnya berwarna kehijauan-gelap, berlaminasi, berbentuk lembaran, mudah terbelah melalui bidang-bidang belahan, ketebalan antara 2 -8 meter. Batuan serpentinit mempunyai komposisi utama serpentin yang paling dominan. Serpentin yang menunjukkan kandungan unsur MgO tinggi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk alternatif.
Lokasi dan Kesampaian Daerah Potensi serpentin di daerah Kecamatan Batang Natal, terdapat di Desa Muara Soma, dan sekitarnya. Daerah tersebut dapat di tempuh kendaraan empat dengan kondisi jalan beraspal, selanjutnya menuju lokasi dengan berjalan kaki.
Kegunaan: Kegunaan serpentin terutama sebagai pupuk alternatif, pada saat ini di manfaatkan sebagai pupuk pada perkebunan jagung, sawit, dan karet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman