Kamis, 07 Januari 2010

Pengembangan Wilayah Nusa Tenggara

PENGEMBANGAN WILAYAH NUSA TENGGARA
Propinsi Nusa Tenggara merupakan sebuah propinsi yang terletak di belahan Selatan Indonesia dan berdampingan dengan Benua Australia. Propinsi Nusa Tenggara ini merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau besar, seperti pulau Lombok, Flores, Sumba, Timor, Alor, dan lebih dari 500 pulau kecil yang letaknya tersebar membentang dari ujung barat sampai ujung timur.
Dilihat dari sudut pandang tektonisme, busur Kepulauan Bali dan Nusa Tenggara merupakan salah satu daerah dengan tingkat kegempaan yang tinggi di Indonesia. Keaktifan ini disebabkan wilayah ini berada di antara zone benturan lempeng Indo-Australia dengan Eurasia di selatan dan patahan naik busur belakang Bali-Flores (Bali-Flores back arc thrusting) di utara. Kenyatan ini akan memberi gambaran yang cukup jelas bahwa seolah daerah ini hampir-hampir tidak akan pernah aman dari bencana kebumian, seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor dan letusan gunung api. Dari catatan sejarah gempa besar dan merusak di jalur busur Bali-Nusa Tenggara tersebut, sedikitnya di kawasan ini sudah terjadi 16 kali gempa kuat dan merusak yang menelan ribuan korban jiwa.
Terlepas dari ancaman bencana yang mengancam, adanya beberapa gunung itu juga memberi beberapa dampak positif. Secara tidak langsung, daerah yang dekat dengan pegunungan tersebut cenderung akan lebih subur disbanding dengan daerah lainnya.
Adanya perbedaan iklim, cuaca, kondisi geologi menghasilkan adanya perbedaan jenis tanah yang terdapat di wilayah Propinsi Nusa Tenggara. Dengan anugrah kondisi fisik yang bervariasi, menjadikan Propinsi Nusa Tenggara memiliki begitu banyaknya potensi fisik yang patut untuk dikembangkan.
Berbagai potensi Propinsi Nusa Tenggara yang beragam dapat kita lihat dalam wacana di bawah ini :
1. Kondisi kelautan
Karakteristik laut dan pesisir setiap pulau yang ada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara pada umumnya tidak sama, hal ini disebabkan oleh tipe lautan dan kondisi topografi setiap pesisir. Dilihat dari posisi wilayahnya yang berbatasan dengan Australia dan dipisahkan oleh laut lepas, akan sangat berpengaruh terhadap kondisi perairan dan pesisir pantainya. Saat ini garis pantai dipergunakan antara lain untuk penangkapan ikan, budidaya laut (teripang, mutiara, rumput laut, penampungan ikan hidup), penangkapan nener dan penangkapan ikan hias serta wisata bahari.
Lokasi yang potensial untuk budidaya laut meliputi Kabupaten Kupang, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Sumba Timur dan masih banyak daerah yang lain. Sumber daya pesisir dan laut di Nusa Tenggara sangat beraneka ragam sehingga memberikan peluang ekonomis yang cukup tinggi untuk kegiatan perikanan, pariwisata bahari serta jasa–jasa lingkungan laut. Sumberdaya alam pesisir dan laut yang terdapat di wilayah Nusa Tenggara adalah sebagai berikut :
a. Perikanan Tangkap
Potensi sumber daya ikan laut Propinsi Nusa Tenggara, berdasarkan hasil survey Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan Laut pada tahun 1999, cukup besar yaitu lebih dari 365,7 metrik ton/tahun, dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 292,2 metrik ton/tahun sedangkan tingkat pemanfaatan baru sekitar 30 %. Potensi perikanan laut terdiri dari: (a) Ikan pelagis besar meliputi Tuna, Cakalang, Paruh Panjang, Tongkol, Tenggiri; (b) Ikan pelagis kecil meliputi Tembang, Teri, Terbang, Kombong, Layang, Selar, (c) Ikan demersal meliputi Kakap, Bambangan, Lencam, Pari dll, (d) Udang yang meliputi Lobster, dan jenis udang Penaid, (e) Cumi-cumi, dan (f) Ikan karang seperti Kerapu, Beronang dan Ekor Kuning.
- Jenis Ikan Pelagis Kecil, berpotensi besar dan bernilai ekonomis tinggi adalah Kembung, Lemuru, Teri, Laying, Terbang dan Selar. Ikan-ikan Pelagis Kecil ini terutama dipasarkan untuk konsumsi lokal, sebagian untuk pasar regional dan umpan hidup penangkapan Ikan Pelagis Besar.
- Jenis Ikan Pelagis Besar, antara lain terdiri dari Cakalang, Tongkol, Tuna Madidihang; Mata Besar, Albacore dan Cucut. Ikan Pelagis Besar merupakan hasil perikanan laut utama yang diekspor. Ikan Pelagis Besar banyak terdapat di perairan laut dalam. Semua jenis Tuna hampir terdapat di perairan Nusa Tenggara Timur, terkecuali Tuna Sirip Biru Utara (Thunnus Thynnus) dan Tuna Sirip Biru
Selatan (Thunnus Atlanticus).
- Jenis Ikan Demersal, Ikan-ikan Demersal merupakan kelompok ikan yang tinggal di dasar atau dekat dasar perairan. Ikan Demersal tersebar di seluruh perairan dengan kecenderungan kepadatan populasi dan potensi yang tinggi pada daerah sekitar pantai. Ikan Demersal menurut kategori nilai ekonomis terdiri dari kelompok utama sebanyak 24 % (Kerapu, Bambangan, Bawal Putih, Kakap, Manyung, Kuwe dan Nomei) kelompok komersial kedua sebanyak 17 % (Bawal Hitam, Gerot-gerot, Cucut), kelompok komersial ketiga 37 % (Pepetek, Beloso, Mata Merah, Kerong-kerong, Gabus Laut, Besot dan Sidat) dan kelompok Ikan Rucah sebanyak 22 % (Srinding, Lidah, Sebelah, Kapas-kapas, Wangi Batu dan Kipper). Jenis-jenis Ikan Demersal tersebar di seluruh perairan Nusa Tenggara Timur terutama sepanjang pantai utara Flores, perairan pulau-pulau kecil dan RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020 II - 9 kawasan perairan terumbu karang, ikan-ikan demersal ini dijual untuk konsumsi domestik dan pasar ekspor.
b. Udang – Kepiting.
Jenis-jenis Udang Penaeid, Borong, Windu dan jenis Crustecea lain seperti Kepiting, Rajungan merupakan komoditas perikanan bernilai ekonomis tinggi dan banyak terdapat di Kabupaten Kupang, Ngada, Belu, Alor, Flores Timur dan masih banyak daerah yang lain. Komoditas kelompok ini umumnya ditangkap dengan perangkap (bubu) dan jaring.
c. Komoditas Perikanan Jenis Lainnya.
Hasil perikanan lain seperti Cumi-cumi, Kerang-kerangan, Teripang, Ikan hias laut dan Rumput Laut merupakan komoditas bernilai ekonomis tinggi juga. Cumi-cumi banyak terdapat di Kabupaten Manggarai, Flores Timur, Sumba Timur, Ende dan Ngada. Kerang-kerangan terutama Kerang Mutiara hasil budidaya, Batu Loa, Japing-japing dan Mata Tujuh (Abolan) merupakan komoditas berpotensi untuk dipasarkan. Kerangkerangan kecuali Mutiara, Teripang dan Rumput Laut terdapat pada sebagian besar perairan Nusa Tenggara Timur, sedangkan Mutiara, sebagai induk alam budidaya, terdapat di perairan Kabupaten Kupang, Flores Timur, Alor, Lembata, Sikka dan Manggarai. Potensi lainnya adalah budidaya laut yang mulai dikembangkan di pantai pulau-pulau di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Panjang pantai keseluruhan mencapai 5.700 Km memiliki kualitas perairan pantai relatif masih baik. Dasar pantai umumnya berpasir dan ditumbuhi karang sampai berlumpur bercirikan tanaman Mangrove dan
bentuk pantai yang berteluk serta terlindungi.
d. Perikanan Budidaya Termasuk Darat.
 Budidaya Laut. Potensi pengembangan budidaya laut diperkirakan sekitar 5.150 Ha, dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai 8,74% atau sekitar 450 Ha. Jenis produksi dan sebarannya adalah sebagai berikut : a.) Mutiara : pengembangan usaha budidaya mutiara terdapat pada lokasi - lokasi perairan pantai di Kabupaten Sumba Timur, Ende, Alor, Flores Timur, Lembata, Manggarai dan Ngada; b.) Rumput laut : potensi pengembangan budidaya rumput laut pada lokasi-lokasi; perairan pantai di Kabupaten Belu, Kupang, Sumba Timur, Timor Tengah Utara, Ngada, Pantai Utara Kabupaten Ende, Lembata, Tanjung Karoso Bangedo, Kabupaten Manggarai, Pulau Pemana, Pantai Pulau Damhila, Perairan Pantai Pangabatang (Sikka); c.) Teripang : potensi pengembangan usaha budidaya teripang terdapat pada lokasi-lokasi perairan di Pantai Utara dan Selatan Ngada, Manggarai, perairan Pantai Utara Kabupaten Sikka, perairan Pantai Kabupaten Flores Timur dan Alor.
 Budidaya Tambak. Lahan yang tersedia adalah 35.455 Ha dan lahan yang telah diusahakan adalah 284,5 Ha atau tingkat pemanfaatan baru 1,23 % dengan produksi : Bandeng 463,4 ton, Belanak 39,9 ton dan Udang Windu 275,8 ton dan potensi tambak garam yang baru sebagian kecil dimanfaatkan.
 Budidaya Kolam. Lahan yang tersedia 8.375 Ha dan yang telah diusahakan adalah 284,5 Ha atau tingkat pemanfaatan lahan baru 3,40 % dengan kemampuan produksi : Ikan Mas 91,6 ton, Mujair 53,9 ton, Tawas 23,0 ton dan Nila produksi 49,5 ton.
 Budidaya Ikan di Sawah (Mina Padi). Lahan yang tersedia 185 Ha dengan tingkat pemanfaatan lahan baru 75 % atau seluas 138,7 Ha. Kemampuan produksi yaitu : Ikan Mas 10,6 ton, Nila 5,2 ton dan Lele 1,5 ton.
 Hutan Mangrove. Potensi Hutan Mangrove di Nusa Tenggara cukup besar, hasil survey Dinas Kehutanan yang bekerjasama dengan Perguruan Tinggi pada tahun 1995 berhasil mengidentifikasi 11 Species Mangrove di Pulau Timor, Rote, Sabu dan Semau dengan luas 19.603,12 Ha dan 17.251,71 Ha di Pulau Flores dan Solor. Luas Hutan Mangrove di Sumba Timur sekitar 15.000 Ha dengan jumlah tegakkan yang telah diidentifikasi seluas 1.359 Ha.
 Terumbu Karang. Perairan Nusa Tenggara diperkirakan memiliki 160 jenis terumbu karang dari 15 famili dengan 350 jenis ikan yang mendiaminya. Lokasi penyebaran terumbu karang di Nusa Tenggara disekitar wilayah Teluk Kupang, Teluk Maumere, Pantai Utara, Timur dan Selatan Pulau Sumba, Alor, Lembata dan Labuan Bajo.

2. Kegiatan Pertanian
Pertanian merupakan sektor yang paling dominan di Nusa Tenggara. Lebih dari 80% penduduknya terlibat dalam kegiatan sektor pertanian. Meskipun total kontribusi pertanian dalam pembentukan nilai PDRB mengalami penurunan dari tahun ke tahun, tetapi tetap merupakan sektor yang dominan, dalam arti bahwa persentase sektor ini tetap besar. Sektor pertanian ini meliputi sektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.
a. Tanaman Pangan
Pembangunan tanaman pangan dapat dilakukan pada lahan basah dan lahan kering yang luas dan kemampuannya potensinya bervariasi antar wilayah kabupaten/kota. Berdasarkan kajian potensi lahan pertanian terdapat potensi pertanian kering seluas lebih dari 1.528.308 Ha. Produksi padi (padi sawah dan padi ladang) tahun 2003 sebesar 509,4 ribu ton menurun menjadi 495,5 ribu ton dalam bentuk gabah kering giling. Penurunan tersebut memang sejalan dengan penurunan luas panen sekitar 2000 hektar dari tahun sebelumnya. Penurunan produksi juga terjadi pada komoditas jagung dan kacang hijau, dimana pada tahun 2003.
- Padi Sawah : Kabupaten Manggarai dengan luas panen 43.447 Ha dan
produksi 143.679 ton.
- Padi Ladang : Berdasarkan luas panen, yang terbesar adalah Kabupaten
Sumba Barat yaitu 12.424 Ha, tetapi berdasarkan jumlah produksinya,
yang terbesar adalah Kabupaten Manggarai. Hal ini dapat
mengindikasikan bahwa produktivitas di Manggarai lebih tinggi dari
pada Sumba Barat.
- Jagung : Kabupaten Timor Tengah Selatan
- Ubi-ubian : Kabupaten Timor Tengah Selatan
- Kacang-kacangan : Kabupaten Kupang
Produksi jagung sebesar 583,4 ribu ton menurun menjadi 568,4 ribu
ton pada tahun 2004. Hal ini juga sejalan dengan penurunan luas panen ± 13.000 hektar. Sedangkan komoditi kacang hijau pada tahun 2003 mampu menghasilkan produksi sebesar 20,1 ribu ton dan menurun menjadi 16,2 ribu ton pada tahun 2004.Lain halnya dengan komoditi tanaman pangan lainnya, seperti kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan sorghum, dalam dua tahun terakhir ini mengalami peningkatan baik luas panen maupun produksinya.

b. Perkebunan
Tanaman perkebunan merupakan komoditi strategis dalam pembangunan perekonomian Nusa Tenggara, karena merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap total ekspor. Seperti telah disinggung di atas bahwa peranan subsektor perkebunan ini terhitung masih begitu kecil peranannya terhadap PDRB Nusa Tenggara. Walaupun begitu kecil produksi dari sektor ini dapat menunjang pendapatan, terutama dalam rangka memenuhi bahan baku sektor industri. Penentuan daerah penghasil utama didasarkan pada jumlah produksi dan luas areal perkebunan, yaitu :
- Kelapa : Kabupaten Sikka, Flotim dan Ende
- Kopi : Kabupaten Manggarai, Kabupaten Ngada
- Kapok,Pinang : Kabupaten Sumba Barat
- Cengkeh : Berdasarkan luas daerah panen terbesar adalah Kabupaten
Manggarai, tetapi berdasarkan produksinya adalah Kabupaten Sikka.
- Coklat, lada : Kabupaten Sikka
- Kapas : Kabupaten Ende
- Vanili : Kabupaten Manggarai, Kabupaten Alor
- Tembakau : Kabupaten Sumba Barat
Seperti telah diuraikan di atas bahwa tanaman perkebunan telah dimanfaatkan untuk ekspor ke luar negeri, terutama dalam bentuk diolah. Berdasarkan jalur pemasaran yang telah dirintis, disamping untuk kebutuhan masyarakat atau perdagangan dalam wilayah, beberapa komoditas telah menjadi komoditas ekspor seperti Kopi, Kakao, Jambu Mente, biji Kapas dan Cassiavera.
Bawang merah, bawang putih, dan buncis merupakan sayuran yang banyak ditanam di Kecamatan Kintamani, kecamatan yang paling luas di Bangli. Tanaman buah-buahan juga menjadi komoditas andalan Bangli. Jeruk keprok, misalnya. Produksi jeruk Kabupaten Bangli bersaing dengan jeruk keprok dari Kabupaten Badung. Bangli menghasilkan 22.103 ton jeruk keprok, sementara Badung 49.469 ton.
Dari lapangan usaha perkebunan, kopi arabika nilai jualnya tinggi dan menjadi andalan Bangli. Pada tahun 2001 produksi kopi arabika Bangli mencapai 64 persen dari total produksi provinsi sebesar 5.644 ton. Petani yang mengelola perkebunan kopi juga paling besar ditemukan di Bangli dibandingkan daerah lain di provinsi, berjumlah 5.436 petani dari 13.986 petani kopi di Bali. Budidaya kopi arabika dikelola oleh perkebunan rakyat.
Biji kering olahan secara tradisional dari petani kemudian dibawa ke pabrik pengolahan kopi PT Perkebunan Nusantara XII di Kintamani. Kemudian oleh sebuah perusahaan perdagangan dibawa ke Surabaya untuk dikemas dan dikapalkan ke Jepang. Tahun 2002, ekspor kopi ke Jepang sekitar 10 persen atau 240 ton dari produksi biji kopi olahan. Saat ini, pemerintah daerah kabupaten sedang mencoba prospek pemasaran ke Perancis.

c. Kehutanan
Propinsi Nusa Tenggara mempunyai areal kawasan hutan lebih dari 1.808.981,21 Ha yang terdiri dari hutan lindung 713.216,97 Ha, hutan produksi tetap 428.357,98 Ha, hutan produksi terbatas 197.249,73 Ha, hutan yang dapat dikonversi 101.827,03 Ha. Berdasarkan penyebaran hutannya, terlihat bahwa beberapa pulau besar seperti Pulau Lombok dan Flores merupakan terbanyak terdapat hutan produksi. Produksi kayu cendana di Propinsi Nusa Tenggara Timur selama tahun 2002 sebesar 261,26 ton yang berasal dari 5 kabupaten yaitu : Sumba Barat 50,02 ton, Sumba Timur 30,09 ton, Timor Tengah Selatan 72,58 ton, Timor Tengah Utara 17,10 ton, dan terbesar di Belu 91,48 ton. Produksi kayu jenis lainnya yang paling menonjol adalah Kayu Jati. Selama tahun 2002 produksinya mencapai sekitar 3,10 ribu meter kubik.
Beberapa Pulau di Nusa Tenggara juga memiliki kawasan hutan yang bervariasi seperti padang rumput (sabana) meliputi daratan timur, Sumba bagian timur dan flores bagian timur. Hasil hutan berupa kayu anpupu (Flores), kayu merah dan cendana (Timur). Jenis inimerupakan hasil hutan primer. Sedangkan hasil hutan sekunder terdiri dari jati, pinus, mahoni, albasia dan akasia. Hutan ini menghasilkan kayu untuk bahan bangunan guna kebutuhan lokal, menghasilkan madu dan lilin


d. Peternakan
Sebagai salah satu gudang ternak di Indonesia, peranan subsektor peternakan di propinsi ini adalah kedua terbesar setelah tanaman pangan. Populasi ternak besar di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2002 tercatat untuk Sapi sebanyak 503.154 ekor, Kerbau 132.497 ekor dan Kuda 93.157 ekor. Untuk populasi Sapi sebagian besar berada di Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan, sementara untuk Kerbau dan Kuda sebagian besar berada di Kabupaten Sumba Barat, Sumba Timur, Kupang, Ngada dan Manggarai.
Populasi ternak kecil yang menonjol di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah babi yakni tercatat sekitar 1,17 juta ekor pada tahun 2002, disusul kambing 420,8 ribu ekor, dan terendah domba dengan populasi 55,6 ribu ekor. Untuk kelompok unggas, populasi ayam kampung tahun 2002 tercatat sekitar 9,64 juta ekor yang sebagian besar berada di Kabupaten Kupang dan Ende. Ternak sapi merupakan salah satu komoditas andalan dari sub sektor peternakan karena telah menjadi komoditas perdagangan antar pulau dengan peluang pasar cukup prospektif. Dalam upaya meningkatkan peluang usaha peternakan terdapat peluang padang pengembalaan yang kualitas padangnya perlu ditingkatkan dalam upaya percepatan populasi ternak sapi dan ternak kecil.
Hewan jenis unggas terdiri dari ayam dan itik. Wilayah Nusa Tenggara Barat ikut mendorong perkembangan usaha komoditi Ayam Buras. Meningkat terutama untuk pasar lokal guna memenuhi kebutuhan rumah makan. Sedangkan hasil produksi Ayam Jago untuk memenuhi pasar luar seperti Bali dan Jawa Timur lebih kurang mencapai 25.000 ekor per tahun.
Produksi ternak itik digunakan untuk memenuhi pasar lokal dan Bali, sedangkan produksi telur asin, yang merupakan salah satu komoditi unggulan NTB, umumnya untuk memenuhi permintaan pasar luar daerah NTB mencapai 25.000 butir per minggu, namun kemampuan mensuplai baru 50%.
Wilayah peternakan tersebar di pulau Timor, pulau Sumba dan pulau Flores. Melalui penggunaan lahan yang tepat serta keadaan alam yang ada, maka kesesuaian lahan dan arah pengembangannya bagi lahan ternak dapat ditentukan. Luas lahan untuk sapi potong (termasuk kambing/domba) seluas 2.707.057 ha.
Kuda banyak dipelihara di Sumba, Flores, dan Timor. Kuda di pelihara untuk ditunggangi dan sebagai kuda beban saja. Setiap tahun puluhan ribu ekor yang diekspor ke negara lain sebagai ternak-ternak potong.

e. Perikanan
Produksi perikanan di daerah ini meliputi perikanan darat dan perikanan laut. Untuk perikanan darat di usahakan di perairan umum, perikanan budidaya tambak, kolam dan sawah. Perkembangan produksi perikanan menunjukkan arah yang menggembirakan, yaitu cenderung meningkat dari tahun ke tahun, terutama untuk perikanan darat. Peningkatan produksi perikanan darat ini sebagai akibat berkembangnya luas areal kolam di desa-desa dan kegiatan penebaran benih di perairan umum.
Produksi perikanan laut sebagian besar masih dihasilkan oleh nelayan kecil (armada perikanan rakyat) yang pada umumnya beroperasi di daerah pantai, sedangkan penangkapan ikan di daerah lepas pantai dan Zona Ekonomi Eksklusif belum diusahakan. Biasanya usaha tersebut dilakukan oleh perusahaan perikanan skala menengah atau besar. Tingkat perkembangan usaha perikanan baik usaha penangkapan maupun budidaya masih rendah dan lamban disebabkan keterbatasan modal/sarana produksi, ketrampilan nelayan/petani ikan yang masih rendah, penyediaan prasarana pasca panen yang masih rendah dan terjaminnya pemasaran hasil perikanan. Disamping hal tersebut, tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan di propinsi ini masih tergolong rendah dibandingkan dengan potensi yang dimilikinya.
Produksi perikanan pada tahun 2001 sebesar 85.329 ton. Sebesar 83.991 ton diantaranya atau sekitar 98,43% merupakan hasil perikanan laut dan selebihnya sekitar 1,57% merupakan hasil dari perikanan darat. Untuk lebih jelas lihat pada Tabel II.20. Dilihat dari daerahnya, hampir seluruh kabupaten yang ada menghasilkan perikanan laut. Kabupaten-kabupaten yang paling banyak memproduksi ikan (perikanan laut) adalah Kabupaten Kupang (19,6%), Sikka (18,8%), Flores Timur dan Ende. Yang terkecil produksi perikanan lautnya adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan. Sementara itu, kabupatenkabupaten yang tidak memproduksi perikanan darat adalah Kabupaten Sikka dan Ende.
Disamping untuk memenuhi kebutuhan penduduk sendiri, komoditi perikanan merupakan salah satu komoditas ekspor. Yang termasuk komoditas ekspor pada tahun 2003 adalah ikan Tuna dan Cakalang, Mutiara, Rumput Laut, Lobster, Udang Windu matang, sirip ikan Hiu, minyak hati ikan Hiu.

f. Sektor Pertambangan
Peranan sektor pertambangan di dalam struktur ekonomi wilayah Propinsi Nusa Tenggara terlihat masih kecil. Berdasarkan data PDRB 1999 – 2002 tercatat peranan sektor ini di dalam pembentukan nilai PDRB masih di bawah 1% atau rata-rata peranan tiap tahunnya 0,5%.
Dilihat dari potensi geologisnya, sebenarnya di propinsi ini banyak mengandung bahan-bahan mineral yang terdiri dari bahan galian seperti: logam mulia, logam dasar besi dan bahan galian industri seperti batu kapur, tanah liat, gypsum, pasir, silica, belerang, barit sesuai dengan jumlah dan kadarnya masing-masing. Tetapi dari sumber daya pertambangan yang ada hanya beberapa mineral yang telah dieksploitasi.
Beberapa jenis bahan tambang yang telah dilaksanakan penambangannya adalah batu kapur, tanah liat, logam mulia, mangan, barit, marmer, bahan galian C dan fosfat. Luas penggunaan lahan pertambangan untuk masing-masing lokasi dan hasil tambang adalah sebagai berikut :
 Penambangan pasir, batu dan kerikil luas arealnya telah lebih dari
mencapai 48 Ha;
 Penambangan batu kapur dan tanah liat seluas 17 Ha masing-
masing di Kabupaten Kupang seluas 15 ha dan di Kabupaten Timor Tengah Selatan seluas 2 Ha;
 Penambangan marmer di Kabupaten Belu, Kecamatan Malaka
Timur Desa Sanleo seluas 25 Ha;
 Penambangan bahan galian phospat di Kabupaten Timor Tengah
Selatan, Kecamatan Amanuban Selatan 137 Ha.
Sistem penambangan yang dilakukan untuk bahan galian seperti pasir, batu, kerikil, batu kapur dan tanah liat adalah sistem terbuka, sedangkan untuk bahan penambangan batu kapur dan tanah liat, khususnya oleh PT. Semen Kupang dilakukan secara terbuka dan menggunakan alat berat. Ada tiga macam kegiatan penambangan yang dilakukan yaitu kegiatan kontrak karya penambangan, kuasa penambangan dan penambangan oleh rakyat. Penambangan oleh rakyat biasanya terbatas pada bahan galian C, yang lokasinya tersebar dengan jumlah kecil. Lokasi penambangan mangan terletak di daerah Reo dan Cibal Kabupaten Manggarai.
Perusahaan yang mengeksploitasi adalah PT. Aneka Tambang dengan hasil yang diekspor ke Jepang sebagai teknik Grade. Pada akhir tahun 1986 suatu kontrak Kerja antara Pemerintah Republik Indonesia dengan perusahaan patungan PT. Nusa Lontar Mining telah ditandatangani untuk eksplorasi emas epithermal di Kabupaten Manggarai, Ngada, Ende, Sikka, Flores, Timor dan Alor. Kemudian pada tahun 1987 menyusul suatu kontrak kerja serupa dengan PT. Flores Indah Mining di lokasi sebelah utara Pulau Rinca Kabupaten Manggarai. Sebenarnya sektor pertambangan di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur akan dapat berkembang sebagai sektor penting, apabila hasilnya sudah dapat berperan dalam meningkatkan derajat kesejahteraan, ditinjau dari tingkat pendapatan masyarakat daerah ini.

g. Sektor Pariwisata
Dengan keindahan alam yang dimilikinya, Nusa Tenggara menyuguhkan berbagai objek wisata yang menarik. Perkembangan pariwisata di Nusa Tenggara meliputi daerah pantai yaitu Pantai Sanur, Pantai Kuta, Pantai Padang Bai, Pantai Candidasa, pantai pasir putih yang terletak di pulau Bali. Obyek wisata bahari Tulamben memiliki pemandangan bawah laut yang indah dan alami dengan beragam ikan hias. Wilayah obyek wisata Bahari menyebar di kawasan Bali Selatan dan Kupang.
Selain pariwisata pantai, di bali juga terdapat obyek wisata yang memiliki panorama alam yang indah. Misalnya Danau Batur yang terletak diantara pegunungan yaitu Gunung Batur yang berada di bawah Kintamani. Selain itu di beberapa pulau yang lain juga banyak dimanfaatkan sebagai tempat wisata, misalnya di Lombok yang pengembangan wilayahnya sebagian besar disektor wisata pantai dan pegunungan (Rinjani).
Bagi wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur, pariwisata dapat berlangsung di mana-mana. Variasi alamiah dan kebudayaannya merupakan daya tarik yang berbeda satu dengan yang lain. Namun demikian di tempat-tempat tertentu dijumpai daya tarik khusus, yaitu obyek-obyek yang memiliki ciri khas yang unik dan merupakan pusat daya tarik karena alasan-alasan tertentu.
Pusat-pusat daya tarik ini memiliki skala yang berbeda-beda tergantung kepada tingkat keunikan dan juga jumlah serta jenis obyek-obyek wisata lain yang terletak dalam jangkauan jarak yang berdekatan, sehingga saling menunjang dalam menciptakan daya tarik bersama, membentuk suatu kawasan wisata atau Satuan Pengembangan Pariwisata (SPP).
Kawasan-kawasan wisata atau Satuan Pengembangan Pariwisata tersebut memiliki ciri khasnya masing-masing, yang sesuai dengan daya tarik yang terdapat di lokasi tersebut. Sektor pariwisata di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu penghasil devisa non-migas yang potensial. Memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi salah satu tulang punggung pengembangan perekonomian wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur, karena ditunjang oleh sumber daya manusia (human resources), sumber alam (natural resources), sumber daya buatan yang beraneka ragam dan faktor keindahan lainnya.
Bila sektor non migas ini berkembang dengan baik, akan merangsang dan mendorong pertumbuhan pembangunan setiap Kabupaten/ Kota, pelestarian dan pemanfaatan potensi sumber daya alam dengan manusia dan kebudayaan serta meningkatkan devisa/pendapatan daerah. Disamping itu sektor ini mampu menumbuhkan sektor-sektor lainnya, seperti industri kerajinan rakyat, perluasan kesempatan kerja, agrowisata, pelayanan jasa perhubungan, perdagangan, pengembangan budaya dan sebagainya.











BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Nusa Tenggara terletak di dua jalur geantiklinal yang merupakan perluasan busur Banda di sebelah barat. Keadaan geomorfologi Nusa Tenggara jalur vulkan memanjang dari pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Solor, Alor, Romang. Palung antara terletak di antara busur dalam dan busur luar. Busur luar merupakan jalur non-volkanik yang meliputi kelanjutan punggungan selatan Jawa. Palung depan berada di selatan Sumba, selatan Sawu dan di pulau Rote.
Kondisi geomorfologi yang demikian menyebabkan adanya keanekaragaman jenis tanah dan adanya kawasan pesisir pantai yang berpotensi untuk daerah kehutanan, pertanian, perkebunan, peternakan, pertambangan dan pariwisata.

3.2 SARAN
Pada dasarnya, Nusa Tenggara adalah sebuah propinsi yang memiliki potensi yang sangat baik. Kita tahu bahwa mulai dari ujung barat sampai ujung timur membentang sumber daya nan sangat eksotis dan masih perawan yang sangat berpotensi jika dikembangkan. Di sebelah barat kita tahu bahwa Bali dan Lombok adalah tanah sejuta pantai yang memesona dan diselingi pegunungan yang indah. Di bagian timur ada Sumbawa memiliki potensi kuda beserta susunya yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Tidak lupa pulau Komodo yang sering didatangi ilmuan dunia juga menambah ranah kekayaan Nusa Tenggara.
Dari rangkaian kalimat di atas penulis berharap, Pemerintah Nusa
Tenggara harus lebih serius dan konsisiten dalam mendandani propinsinya. Jika hal itu terjadi, tak khayal bahwa Nusa Tenggara akan menjadi tambang berharga bagi dunia yang telah mengglobal ini.





DAFTAR RUJUKAN

Herlambang, Drs. Sudarno, M.Si.________. Dasar-dasar Geomorfologi Indonesia. Malang: IKIP Malang.
Buranda, JP, M.Si.________. Geologi Indonesia. Malang: IKIP Malang.
Darman, Herman dan Sidi, F. Hasan. 2000. The Geology of Indonesia. Jakarta: Ikatan Ahli Geology Indonesia (IAGI).
Verstappen, Herman Th.___________. Outline of The Geomorphology Of Indonesia. Jakarta: Applied Geomorphological Survey (AGS).
http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Lombok.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Flores.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Sumbawa.
http://ms.wikipedia.org/wiki/Sumba.
http://www.walhi.or.id/ bioregion/nt/bio_nt_prof/.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman