Kamis, 07 Januari 2010

Perkembangan Psikologi Anak Akibat Perceraian III

Bagi anak keluarga sangatlah penting. Keluarga sebagai tempat untuk berlindung, memperoleh kasih sayang. Peran keluarga sangatlah penting untuk perkembangan anak pada masa-masa yang mendatang, baik secara psikologi maupun secara fisik.
Anak-anak tidak pernah berfikir, mengerti dan selalu akan menjadi korban dalam perceraian yang menimpa keluarganya. Kata cerai bukan berarti hanya menyangkut kedua belah pihak pasangan saja, yaitu ayah dan ibu. Sayangnya, tidak banyak dari pasangan yang memperhatikan bagaimana dan apa yang sedang terjadi pada anak ketika proses perceraian akan dan sedang berlangsung.
Jika memang perceraian adalah satu-satunya jalan yang harus ditempuh dan tak terhindarkan lagi, apa tindakan terbaik yang harus dilakukan oleh orangtua (Mama dan Papa) untuk mengurangi dampak negatif perceraian tersebut bagi perkembangan mental anak-anak mereka. Dengan kata lain bagaimana orangtua menyiapkan anak agar dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi akibat perceraian.
Masa ketika perceraian terjadi merupakan masa yang kritis buat anak, terutama menyangkut hubungan dengan orangtua yang tidak tinggal bersama. Berbagai perasaan berkecamuk di dalam bathin anak-anak. Pada masa ini anak juga harus mulai beradaptasi dengan perubahan hidupnya yang baru.
Proses adaptasi pada umumnya membutuhkan waktu. Pada awalnya anak akan sulit menerima kenyataan bahwa orangtuanya tidak lagi bersama. Meski banyak anak yang dapat beradaptasi dengan baik, tapi banyak juga yang tetap bermasalah bahkan setelah bertahun-tahun terjadinya perceraian. Anak yang berhasil dalam proses adaptasi, tidak mengalami kesulitan yang berarti ketika meneruskan kehidupannya ke masa perkembangan selanjutnya, tetapi bagi anak yang gagal beradaptasi, maka ia akan membawa hingga dewasa perasaan ditolak, tidak berharga dan tidak dicintai. Perasaan-perasaan ini dapat menyebabkan anak tersebut, setelah dewasa menjadi takut gagal dan takut menjalin hubungan dekat dengan orang lain.
Meski telah berpisah bukan berarti anak hanya boleh memilih satu orang tua dan mencurahkan serta menerima kasih sayang dari satu orang tua juga. Bagaimanapun anak butuh ayah dan ibu. Jangan putuskan hubungan anak dengan orang tua yang satunya. Di sini, butuh pula kepekaan orang tua untuk mengerti apa yang dibutuhkan anak akan perasaannya. Orang tua yang memiliki hak asuh anak boleh memberitahukan tentang pasangannya namun bukan berarti menjelek-jelekkannya. Kalau kita memburuk-burukkan mantan pasangan kita, anak jadi ada dalam posisi dituntut untuk memilih. Biarkan mereka melihat dan tahu sendiri sehingga bisa mengambil keputusan sendiri.
Perselingkuhan itu bukan suatu hal yang wajar. Banyak hal yang tidak beres dalam suatu perkawinan sehingga menimbulkan perselingkuhan. Memang tidak ada yang sempurna dalam suatu perkawinan, sehingga harus kedua belah pihak yang memperbaikinya. kalau alasannya karena tidak bisa saling mencintai lagi, mengapa tidak bercerai apabila sudah banyak jalan yang ditempuh untuk mempertahankannya. Lagi pula hal itu sudah melanggar norma-norma agama dan sosial.
Sangat disarankan agar para orangtua untk bepikir seribu kali jika akan mengambil keputusan bercerai. Namun jika perceraian tidak lagi bisa dihindari ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan oleh para orangtua sebelum Hakim mengetukkan palunya:
• Sampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada anak bahwa meskipun telah terjadi perceraian atau perpisahan antara kedua orangtuanya, ia tidak akan kehilangan cinta kasih orangtuanya.
• Berikan anak jaminan agar ia yakin kelak ia tidak akan dihalangi-halangi bahkan akan dipermudah jika ingin bertemu dengan ayah atau ibunya.
• Orangtua sebaiknya jangan menutup telinga. Dengarkan keinginan serta pendapat anak, apalagi jika keinginan tersebut menyangkut keinginan anak untuk memilih salah satu dari orangtuanya.
• Hindarkan campur tangan pihak ketiga dalam masalah hak asuh anak. Sebaiknya jauhkan anak dari upaya orang lain untuk 'meracuni' otaknya. Hal ini kelak dapat merugikan si anak, karena dia akan kehilangan konsep figur dari seorang ayah atau ibu yang sebenarnya.
• Pastikan jika kelak sudah bercerai, orangtua harus pandai membagi waktu pertemuan secara periodik agar anak-anak tetap merasa nyaman. Pastikan bahwa kualitas pertemuan paling penting tapi bukan berarti melupakan kuantitas.
• Jika orangtua yang bercerai memiliki anak lebih dari satu orang. Sebaiknya hindari kata 'membagi-bagikan' di depan anak-anak, meskipun dengan dengan dalih keadilan. Misalkan, anak pertama ikut ayah, dan si kecil ikut ibu. Perceraian sudah cukup membuat anak sedih dan bingung, istilah 'membagi' dapat membuat anak semakin merasa mendapatkan penolakan dari salah satu orangtuanya. Idealnya, anak-anak tetap dipersatukan, jangan dipisahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman