Sabtu, 14 Juli 2012

Pemicu Gerakan Tanah


Gangguan yang merupakan pemicu gerakan tanah merupakan proses alamiah atau non alamiah ataupun kombinasi keduanya, yang secara aktif mempercepat proses  hilangnya kestabilan pada suatu lereng. Jadi pemicu ini dapat berperan dalam mempercepat peningkatan gaya penggerak/peluncur/driving force, mempercepat pengurangan gaya penahan gerakan/resisting force, ataupun sekaligus mengakibat keduanya.   Secara umum ganguan yang memicu gerakan tanah dapat berupa :
a. Gerakan tanah yang dipicu oleh hujan
Hujan pemicu gerakan tanah adalah hujan yang mempunyai curah tertentu dan
berlangsung selama periode waktu tertentu, sehingga air yang dicurahkannya dapat
meresap ke dalam lereng dan mendorong massa tanah untuk longsor.  
Secara umum terdapat dua tipe hujan pemicu longsoran di Indonesia, yaitu tipe
hujan deras dan tipe hujan normal tapi berlangsung lama. Tipe hujan deras misalnya
adalah hujan yang dapat  mencapai 70 mm per jam atau lebih dari 100 mm per hari. Tipe
hujan deras hanya akan efektif memicu longsoran pada lereng-lereng yang tanahnya
mudah menyerap air (Premchit, 1995; Karnawati 1996, 1997), misal pada tanah lempung
pasiran dan tanah pasir. Pada lereng demikian longsoran dapat terjadi pada bulan-bulan
awal musim hujan, misalnya pada akhir Oktober atau awal November di Jawa. Tipe hujan
normal contohnya adalah hujan yang kurang dari 20 mm per hari. Hujan tipe ini apabila
berlangsung selama beberapa minggu hingga beberapa bulan dapat efektif memicu
longsoran pada lereng yang tersusun oleh tanah  yang lebih kedap air, misalnya lereng
dengan tanah lempung (Karnawati, 2000). Pada lereng ini longsoran terjadi mulai pada
pertengahan musim hujan, misal pada bulan Desember hingga Maret.
 Khusus untuk kasus longsoran Purworejo dan Kulon Progo yang kondisi lerengnya
tertutup oleh tanah lempung pasiran, hujan deras dengan curah mencapai lebih dari 500
mm selama 3 hari merupakan pemicu longsoran. 
b. Gerakan tanah yang dipicu oleh getaran
Getaran memicu longsoran dengan cara melemahkan atau memutuskan hubungan
antar butir partikel-partikel penyusun tanah/ batuan pada lereng. Jadi getaran berperan
dalam  menambah gaya penggerak dan sekaligus mengurangi gaya penahan. Contoh
getaran yang memicu longsoran adalah getaran gempabumi yang diikuti dengan peristiwa
liquefaction. Liquefaction terjadi apabila pada lapisan pasir atau lempung jenuh air terjadi
getaran yang periodik Pengaruh getaran tersebut akan menyebabkan butiran-butiran pada
lapisan akan saling menekan dan kandungan airnya akan mempunyai tekanan yang besar
terhadap lapisan di atasnya. Akibat peristiwa tersebut lapisan di atasnya akan seperti
mengambang, dan dengan adanya getaran tersebut dapat mengakibatkan perpindahan
masa di atasnya dengan cepat. 
c. Gerakan tanah yang dipicu oleh aktivitas manusia.
Selain disebabkan oleh faktor alam, pola penggunaan lahan juga berperan penting
dalam memicu terjadinya longsoran. Pembukaan hutan secara sembarangan, penanaman
jenis pohon yang terlalu berat dengan jarak tanam terlalu rapat, pemotongan tebing/ lereng
untuk jalan dan pemukiman merupakan pola penggunaan lahan yang dijumpai di daerah
yang longsor. 
Penanaman pohon dengan jenis pohon yang terlalu berat, misalnya pohon durian,
manggis dan bambu, serta penanaman dengan jarak tanam terlalu rapat mengakibatkan
penambahan beban massa tanah yang bisa menyebabkan longsoran. Hal ini berarti akan
menambah gaya gerak tanah untuk longsor  menuruni lereng.
Pembukaan hutan untuk keperluan manusia, seperti misalnya untuk perladangan, persawahan dengan irigasi, penanaman pohon kelapa, dan penanaman tumbuhan yang berakar serabut dapat berakibat menggemburkan tanah. Peningkatan kegemburan tanah ini akan menambah daya resap tanah terhadap air, akan tetapi air yang meresap ke dalam tanah tidak dapat banyak terserap oleh akar-akar tanaman serabut. Akibatnya air hanya terakumulasi dalam tanah dan akhirnya menekan dan melemahkan ikatan-ikatan antar butir tanah. Akhirnya karena besarnya curah hujan yang meresap, maka longsoran tanah akan terjadi. Pemotongan lereng untuk jalan dan pemukiman dapat mengakibatkan hilangnya peneguh lereng dari arah lateral. Hal ini selanjutnya mengakibatkan kekuatan geser lereng untuk melawan pergerakan massa tanah terlampaui oleh tegangan penggerak massa tanah dan akhirnya longsoran tanah pada lereng akan terjadi.

3 komentar:

Halaman