Minggu, 20 April 2014

Potensi Kota Kediri



 Kota Kediri berada pada jalur transportasi regional yang menghubungkan Kota Surabaya dengan Tulungagung, Nganjuk dan Malang, dalam konteks pengembangan wilayah Provinsi Jawa Timur, Kota Kediri merupakan pusat pengembangan SWP Kediri dan sekitarnya yang meliputi : Kabupaten Kediri, Nganjuk, Trenggalek dan Tulungagung. Kota Kediri merupakan kota Orde IIB, termasuk dalam klasifikasi Kota Menengah. Sebagai pusat SWP, Kota Kediri
memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan tersier yakni industri, perdagangan, pemerintahan dan pendidikan tinggi. Keberadaan economic base, yakni industri pengolahan tembakau (PT. Gudang Garam), memberikan andil yang cukup besar sebagai pendorong utama aktivitas perekonomian masyarakat.
Fungsi Kota Kediri sebagai pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya, tumbuh dan berkembang didukung oleh keberadaan infrastruktur transportasi yang menghubungkan dengan beberapa daerah disekitarnya. Keberadaan infrastruktur transportasi mempengaruhi pola pemanfaatan lahan yang cenderung linier terutama di sepanjang jalan arteri primer arah ke Surabaya.    
Sesuai dengan kecenderungan yang ada dan kegiatan utama yang dikembangkan di Kota Kediri yaitu : industri, pendidikan, perdagangan dan jasa serta pariwisata, maka arahan penyebaran kegiatan-kegiatan pembangunan dialokasikan pada bagian wilayah kota secara merata sesuai dengan kecenderungan perkembangannya. Peruntukkan masing-masing bagian wilayah Kota Kediri adalah sebagai berikut :
  • Bagian Wilayah Kota A (BWK A), terdiri dari seluruh kawasan Kecamatan Mojoroto dengan luas kawasan 2.460,40 Ha. Kegiatan yang dikembangkan : permukiman, pariwisata, industri dan pendidikan.
  • Bagian Wilayah Kota B (BWK B), terdiri dari seluruh wilayah Kecamatan Kota dan sebagian kecil Kecamatan Pesantren dengan luas kawasan 2.185,05 Ha. Kegiatan utama yang dikembangkan : industri, perdagangan dan jasa serta pariwisata, perkantoran dan permukiman.
  • Bagian Wilayah Kota C (BWK C), mencakup sebagian besar wilayah Kecamatan Pesantren dengan luas wilayah 1.694,98 Ha. Kegiatan utama yang dikembangkan : industri dan permukiman.

Kondisi Demografis
Jumlah penduduk Kota Kediri pada tahun 2009 (data SIAK On Line) mencapai 297.963 jiwa, terdiri dari 149.867 jiwa laki-laki dan 148.096 jiwa perempuan. Yang tersebar di Kecamatan Mojoroto sebanyak 115.033 jiwa, Kecamatan Kota sebanyak 96.101 jiwa dan Kecamatan Pesantren sebanyak 86.829 jiwa. Angka Sex Ratio, yaitu ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki terhadap perempuan mencapai 101,19 persen. Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Kediri sebesar 4.265 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan penduduk tertinggi ada di Kecamatan Kota. Tingginya kepadatan penduduk di Kecamatan Kota dikarenakan kawasan Kecamatan Kota merupakan sentral dari pusat perdagangan dan jasa yang ada di Kota Kediri. Oleh karena itu dalam perkembangan pembangunan, laju pertumbuhan ekonomi di Kecamatan yang lain terus didorong agar terjadi penyebaran aktivitas ekonomi yang dapat menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah kecamatan yang lain.

Kondisi  Perekonomian
a.  Produk Unggulan.
Kota Kediri sangat dikenal sebagai penghasil makanan yang bercita rasa khas, antara lain tahu kuning, stik tahu, gethuk pisang, emping mlinjo, rokok, jamu, kecap, kopi  serta produk-produk hasil kerajinan bordir, tenun ikat, sarung, sulak, kerajinan bambu.  Merupakan potensi yang tidak kecil artinya bagi bergeraknya roda perekonomian Kota Kediri.  Produk-produk unggulan diproduksi pelaku usaha industri kecil/rumah tangga di seluruh wilayah Kelurahan yang ada di Kota Kediri, pengelolaannya dilakukan dalam sentra industri kecil maupun non sentra.

Dari beberapa sentra yang ada, sebagian besar bergerak di sektor industri dan perdagangan. Di Kota Kediri terdapat 14 sentra UMKM yang berusaha aneka ragam produk, antara lain : tahu, tempe, tenun ikat, meubelair, makanan, minuman, buah-buahan, sayuran, emping mlinjo, sulak, jahitan, kaca hias, tusuk sate, kue basah, jamu gendong dan opak gambir.
Populasi UMKM keseluruhan baik yang ada di sentra maupun non sentra industri kecil pada tahun 2009 berjumlah 14.125 UMKM. UMKM dan koperasi merupakan basis penggerak perekonomian di Kota Kediri terus ditingkatkan melalui pembinaan dan perkuatan permodalan bagi UMKM dan Koperasi.

b. Kondisi Makro Ekonomi.
Selama periode  tahun 2003-2008  nilai PDRB Kota Kediri atas dasar harga berlaku  dengan  PT.  Gudang  Garam  terus  mengalami  peningkatan,  yakni    Rp. 23,742 triliun pada tahun 2003 menjadi Rp 27,420   triliun  pada tahun  2004  atau  meningkat  15,49%  dan  pada tahun 2005 sebesar Rp 31,680 triliyun atau meningkat 15,53% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2006 meningkat sebesar 19,14% menjadi Rp 37,743 triliun, tahun 2007 meningkat 10,70% menjadi                  Rp 41,784 triliun dan tahun 2008 meningkat 15,99% menjadi Rp 48,461 triliun.
Besarnya nilai PDRB Kota Kediri tanpa PT Gudang Garam pada tahun 2003 mencapai Rp 6,392 triliun, tahun 2004 bertambah Rp 7,111 triliun, pada tahun 2005 mencapai Rp 8,188 triliun, selanjutnya tahun 2006 sebesar Rp 9,659 triliun, tahun 2007 sebesar Rp 11,545 triliun dan tahun 2008 sebesar Rp 13,525 triliun.
Peningkatan nilai PDRB atas dasar harga berlaku selain dipengaruhi oleh adanya peningkatan nilai produksi juga dipengaruhi oleh adanya peningkatan harga barang dan jasa yang terjadi pada tahun yang bersangkutan dimana faktor tersebut ikut diperhitungkan dalam penyusunan angka PDRB atas dasar harga berlaku. Oleh karena itu untuk mengetahui peningkatan PDRB yang sebenarnya atau riil, maka angka PDRB disajikan pula atas dasar harga konstan dengan tahun dasar (harga barang dan jasa) pada tahun 2000.
Besaran nilai PDRB atas dasar harga berlaku baik secara rinci dapat dicermati pada tabel  dibawah ini.

Produk Domestik Regional Bruto Kota Kediri Atas Dasar
Harga Berlaku, Tahun 2003 - 2008 (Triliun rupiah)

Uraian
2003
2004
2005
2006
2007*
2008**







PDRB dengan PT Gudang  Garam
23,742
27,420
31,680
37,743
41,784
48,461
PDRB tanpa PT Gudang Garam
6,392
7,112
8,188
9,659
11,545
13,525







*)  Angka diperbaiki
**) Angka Sementara
Dari angka-angka PDRB tersebut, nampak bahwa PDRB Kota Kediri tiap tahun terus mengalami peningkatan, sejalan dengan proses membaiknya kondisi ekonomi. Tentunya nilai PDRB yang dihasilkan masih mengandung pengaruh perubahan harga, sehingga masih belum bisa digunakan untuk menghitung  pertumbuhan ekonomi Kota Kediri.
Untuk melihat pertumbuhan ekonomi Kota Kediri dapat dilihat dari perkembangan PDRB atas dasar harga konstan 2000, karena pertumbuhan ekonomi ini benar-benar diakibatkan dari perubahan jumlah nilai produksi sektoral yang sudah bebas dari pengaruh harga (pertumbuhan riil).
Nilai PDRB Kota Kediri atas dasar harga konstan dengan   PT Gudang Garam berturut-turut pada periode 2003-2008 yaitu sebesar   Rp 17,726 triliun; Rp 18,745 triliun; Rp 18,792 triliun;Rp 19,768 triliun; Rp 20,660 triliun; dan Rp 21,622 triliun.  Sedangkan nilai  PDRB  tanpa   PT. Gudang Garam pada tahun 2003 sebesar Rp 5,084 tahun 2004 sebesar Rp 5,449 triliun, tahun 2005 sebesar Rp 5,684 triliun, tahun 2006 sebesar Rp 5,924 triliun, tahun 2007 sebesar Rp 6,201 triliun dan pada tahun 2008 sebesar Rp 6,514 triliun, sebagaimana terlihat pada tabel 2.2 berikut ini.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Kediri Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 2003 – 2008 (Triliun rupiah)

Uraian
2003
2004
2005
2006
2007*
2008**







PDRB dengan PT Gudang  Garam
17,726
18,745
18,792
19,768
20,660
21,622

 
 
 
 
 
 
PDRB tanpa PT Gudang Garam
5,084
5,449
5,684
5,924
6,201
6,514
*)   Angka diperbaiki
**) Angka Sementara
Dengan perbandingan angka-angka tersebut, maka dapat dikatakan bahwa perekonomian Kota Kediri, dengan PT. Gudang Garam secara riil dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, begitu juga dengan PDRB tanpa PT. Gudang Garam.
Sedangkan tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan yang dihitung dari PDRB yang merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat pertumbuhan sektoralnya, artinya apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi besar  dan pertumbuhannya lambat, maka hal ini akan menghambat tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebaliknya, apabila sektor tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka sektor tersebut akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi riil dari PDRB adalah pertumbuhan ekonomi (indeks berantai) atas dasar harga konstan 2000. Sehingga pertumbuhan ini sudah tidak dipengaruhi faktor harga atau dengan kata lain benar-benar murni disebabkan oleh kenaikan periode seluruh sektor pendukungnya.
Berdasarkan tabel 2.3 pertumbuhan ekonomi Kota Kediri dengan PT Gudang Garam berturut-turut dari tahun 2003-2008 adalah 3,85%; 5,75%; 0,25%; 5,19%; 4,51%; 4,66%. Sedangkan tanpa PT Gudang Garam sebesar 5,63% tahun 2003,  tahun 2004 sebesar 7,17%, dan 4,32% pada tahun 2005, selanjutnya 4,21%,  4,68% dan 5,05% pada tahun 2006, 2007 dan 2008. Adanya kenyataan ini menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2008 sektor industri pengolahan merupakan lokomotif pertumbuhan ekonomi PDRB di Kota Kediri.
Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kota Kediri, Tahun 2003 - 2008 (%)
 
Lapangan Usaha
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007*
2008**
Pertanian
4,90
3,34
3,11
2,46
02,15
0,91
Pertambangan dan Penggalian
6,77
1,19
2,26
3,13
3,46
12,93
Industri
3,13
5,05
-2,07
4,21
3,84
3,68
Listrik, Gas dan Air Bersih
9,33
14,27
5,36
3,37
3,17
3,81
Bangunan
7,31
4,71
2,99
4,23
4,36
3,93
Perdagangan, Hotel & Restoran
5,47
8,17
8,02
8,75
6,67
7,57
Pengangkutan dan Komunikasi
7,48
5,46
5,74
8,37
7,94
10,09
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
9,72
8,31
3,83
4,12
4,17
4,69
Jasa-jasa
7,04
4,16
4,98
4,75
5,07
6,82
Dengan PT Gudang Garam
3,85
5,75
0,25
5,19
4,51
4,66
Tanpa PT Gudang Garam *
5.63
7.17
4.32
4.21
4,68
5.05
*)  Angka Diperbaiki
**) Angka Sementara

Kondisi perekonomian Kota Kediri pada tahun 2008 pada umumnya tidak ubahnya dengan tahun-tahun sebelumnya dimana semua sektor/ lapangan usaha mengalami pertumbuhan ekonomi positif tanpa terkecuali, dengan indikator meningkatnya pertumbuhan ekonomi untuk PDRB dengan PT Gudang Garam. Adapun untuk PDRB tanpa PT. Gudang Garam pada tahun 2008 laju pertumbuhan ekonomi PDRB mengalami peningkatan menjadi sebesar 5,05% dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2007 sebesar 4,68%. Adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi PDRB pada tahun 2008 tersebut disebabkan adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dari sektor Perdagangan, hotel dan restoran yaitu dari 6,67% pada tahun 2007 menjadi 7,57% pada tahun 2008.
 
Kualitas Pembangunan Manusia
Pada periode tahun 2002-2008 dari komponen-komponen yang diperhitungkan dalam IPM, Kota Kediri mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2006 sedikit mengalami penurunan yaitu sebesar 71,05, selanjutnya   meningkat lagi menjadi 72,49  pada tahun 2007 kemudian pada tahun 2008 IPM Kota Kediri meningkat menjadi 73,39. Dari ketiga komponen pembentuk IPM  semua indeks mengalami peningkatan, kecuali indeks pendidikan pada tahun 2006 mengalami penurunan, capaian indeks pendidikan 82,85 selanjutnya pada tahun 2007-2008 indeks pendidikan mengalami peningkatan cukup berarti. Capaian nilai IPM Kota Kediri periode tahun 2002-2008, selengkapnya dapat dicermati pada tabel dibawah ini.

Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kota Kediri Tahun 2002 – 2008
        No.
Tahun
Index Harapan Hidup
Index Pendidikan
Index Daya Beli
IPM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
2002
73,50
83,37
83,34
70,41
2
2003
73,50
84,04
55,17
70,89
3
2004
73,50
84,40
56,17
71,36
4
2005
73,85
83,66
56,21
71,56
5
2006
74,00
82,85
56,30
71,05
6.
2007
74,13
85,99
57,34
72,49
7.
2008
74,71
86,80
58,66
73,39
 
    Sumber  :  BPS Propinsi Jawa Timur, Analisis Kinerja Makro Ekonomi dan Sosial
Dibandingkan dengan Jawa Timur capaian IPM Kota Kediri lebih tinggi. Rata-rata IPM Jawa Timur sebesar 69,14. Dari 38 kabupaten/kota yang dihitung IPM-nya, 19 kabupaten/kota mempunyai IPM lebih baik daripada IPM Jawa Timur, sedangkan sisanya sebanyak 19 kabupaten/kota IPMnya berada di bawah IPM Jawa Timur. Pada tahun 2008, IPM tertinggi/terbaik dicapai oleh Kota Surabaya dengan IPM sebesar 76,10, sementara peringkat terbawah dalam penghitungan IPM masih ditempati Kabupaten Sampang dengan IPM sebesar 55,77.
Penghitungan IPM untuk lingkup Jawa Timur, berbeda dengan penghitungan IPM nasional, dalam menentukan standar harga yang digunakan untuk menghitung PPP  (daya beli). Untuk Jawa Timur, standar harga yang digunakan adalah Kota Malang, sedangkan untuk Nasional menggunakan standar harga Jakarta Selatan. Pada tahun 2008 Kota Kediri menduduki peringkat  5.

1 komentar:

Halaman