Kamis, 31 Desember 2009

ALTERNATIF KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MEWUJUDKAN PROGRAM GO GREEN SCHOOL SEBAGAI ANTISIPASI DAMPAK PEMANASAN GLOBAL

ALTERNATIF KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MEWUJUDKAN PROGRAM GO GREEN SCHOOL SEBAGAI ANTISIPASI

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL

Oleh : Syafri Anwar

Abstrak

Tulisan ini bertujuan menjelaskan bagaimana perubahan iklim global yang cenderung semakin panas telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, dan peran sekolah dalam mengantisipasi dampak pemanasan global itu, khususnya melalui program menuju sekolah hijau (go green school). Perubahan iklim global ternyata telah berpengaruh terhadap menurunnya produksi pertanian, menurunnya ketersediaan air pada daerah subtropik, meluasnya wilayah banjir, yang bermuara pada penurunan kualitas lingkungan.

Menuju sekolah hijau merupakan bukti dari partisipasi dunia pendidikan dalam mengantisipasi dampak pemanasan global. Ujung tombak dari program ini adalah sekolah, tetapi sekolah hanyalah salah satu dari sekian banyak subsistem yang melingkarinya. Tanpa keterlibatan yang sungguh-sungguh dari dari subsistem yang lain mulai dari level paling atas (pemerintah, khususnya Depdiknas), sampai ke tingkat propinsi, kabupaten/kota, maka sekolah tidak punya daya apa-apa.

Pada tingkat sekolah beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain, penanaman pohon di lingkungan sekolah, sekolah yang belum punya pagar permanen danjurkan mebuat pagar hidup terlebih dahulu, lomba sekolah asri, dan kebijakan satu siswa satu pohon.

Kata kunci : Menuju Sekolah Hijau (GGO), Pemanasan Global, satu siswa satu pohon.

Pendahuluan

Tidak dapat dimungkiri bahwa pemanasan global (global warming) sudah terjadi. Hal ini dibuktikan dengan munculnya beberapa perobahan fenomena alam di muka bumi, baik yang dapat dirasakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Intergovernmental Panel on Climate Change ( IPCC) melaporkan, suhu muka bumi sekarang sudah meningkat rata-rata 0,6 derajat Celsius dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Apabila tingkah laku manusia terhadap bumi dan alam sekitarnya tidak berubah dari keadaan sekarang, IPCC memperkirakan bahwa temperatur rata-rata global akan meningkat 1,1 – 6,4 derajat Celcius dalam rentangan tahun 1990-2100 (Kompas, Minggu 12 Oktober 2008, hal.7).

Perubahan-perubahan gejala alam seperti dikemukakan di atas sering luput dari perhatian. Orang baru sadar ketika mengetahui perubahan iklim global membawa dampak besar terhadap kehidupan. Di era tahun 1960-an sampai tahun 90-an kita merasakan bahwa suhu muka bumi kita (khususnya Indonesia) terasa lebih enak dan lebih sejuk dibandingkan dengan kondisi memasuki tahun 2000. Sekarang apabila orang berbicara tentang suhu udara, rata-rata mengatakan, ”udara kita semakin panas”. Untuk membuktikan pernyataan ini, marilah kita lihat data historis tentang kenaikan temperatur di Indonesia sejak tahun 1950 sampai tahun 2000, sebagaimana grafik berikut ini

DATA HISTORIS KENAIKAN TEMPERATUR INDONESIA

TAHUN 1950-2000


Sumber : NOAA-CIRES 2005

Berdasarkan hasil studi Hume dan Nicola (1999) tentang rata-rata suhu udara Indonesia, ternyata terjadi peningkatan sebesar per tahun sejak tahun 1900. Pada kondisi normal, suhu Indonesia sekarang rata-rata - . Pada saat tertentu suhu udara kota Jakarta mencpai . Temperatur global 2007 diperkirakan meningkat .

Peningkatan suhu berdampak terhadap peningkatan curah hujan. Ini dibuktikan dengan data berikut.

DATA HISTORIS KENAIKAN CURAH HUJAN INDONESIA

TAHUN 1950-2000


Sumber : NOAA-CIRES 2005

Salah satu akibat pemanasan global yang mulai dirasakan saat ini adalah mencairnya daratan es kutub utara seperti Greenland yang meleleh seluas dua kali luas Amerika Serikat. Hal ini berdampak terhadap naiknya ketinggian muka air laut, pulau-pulau kecil yang tidak seberapa tinggi dari muka laut akan hilang, serta terjadinya banjir dan gelombang besar melebihi dari kejadiaan sebelumnya. Bukti fenomena alam yang mengerikan akibat dampak pemanasan global antara lain:

(1) Menurunnya produksi potensial pertanian di daerah tropik dan sub tropik akibat naiknya suhu

(2) Menurunnya ketersediaan air pada daerah subtropik

(3) Meluasnya wilayah berisiko banjir di daerah pemukiman akibat meningkatnya curah hujan dan naiknya muka air laut

(4) Meningkatnyakonsumsi ebergi untuk AC atau terbangunnya suplai energi dari pembangkit listrik tenaga air. (Sumber A.Feri, 2007)

Perlu upaya yang serius untuk mengatasi dampak pemanasan global ini. Seluruh elemen bangsa dan masyarakat dapat mengambil peran. Khusus di dunia pendidikan, sekolah bersama warga sekolah (siswa, guru, dan orang tua) berperan penting untuk menata lingkungannya, sehingga menjadi lingkungan yang antisipatif terhadap dampak permanasan global. Saat ini program sekolah yang perlu mendapat dukungan berbagai pihak adalah program Menuju Sekolah Hijau- MSH (Go Green School-GGS). Progam ini mrupakan .....

Makalah ini bertujuan menjelaskan tentang pentingnya program menuju sekolah hijau, dan bagaimana kiat penerapannya dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran Geografi yang dianggap paling terkait dengan program ini. Diharapkan melalui tulisan ini diperoleh gambaran yang lebih jelas, dan lebih dari itu adalah ditemukannya beberapa alternatif tindakan yang mungkin dilakukan oleh sekolah dalam rangka antisipasi dampak pemanasan global.

Pembahasan

Pemanasan global terjadi akibat peningkatan gas rumah kaca,atau sering disebut dengan efek rumah kaca (green house effect). Peningkatan gas rumah kaca maksudnya adalah peningkatan gas yang mengisi atmosfer bumi seperti karbon dioksida , metana , dan Nitrogen oksida . Menurut hasil penelitian para ahli, konsentrasi paling tinggi adalah . Peningkatan gas rumah kaca ini ternyata sudah tidak seimbang lagi dengan kemampuan tumbuh-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya, yang berakibat terhadap meningkatnya suhu rata-rata udara di muka bumi.

Ada dua faktor penyebab peningkatan gas rumah kaca yaitu; faktor alamiah, dan faktor aktifitas manusia. Faktor alamiah misalnya letusan gunung api, kebakaran hutan yang tidak disengaja, sedangkan faktor manusia antara lain, pembukaan lahan, pemakaian bahan bakar (minyak bumi, bensin, gas, dan batu bara) untuk kepentingan transportasi, industri, kebutuhan rumah tangga.

Program menuju sekolah hijau menjadi ikon penting dalam rangka antisipasi pemanasan global. Program ini juga sebagai bentuk kepedulian dunia pendidikan terhadap permasalahan global, khususnya pemanasan global. Kepedulian dunia pendidikan akan terlaksana apabila ada sinergi berbagai pihak, mulai dari pemerintah (dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional-Depdiknas) sampai ke lingkungan sekolah. Bukti keseriusan Pemerintah dapat diwujudkan melalui pengusulan Rencana/peningkatan Anggaran Biaya Depdiknas untuk program GGS. Penganggaran ini juga diikuti oleh lembaga terkait yang ada di bawahnya, sepeti Dinas Pendidikan Propinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, sampai kepada penganggaran sekolah-sekolah.

Kebijakan yang mungkin dilakukan untuk mendukung program GGS di antaranya: (1) memanfaatkan pekarangan sekolah untuk penanaman pohon, (2) sekolah yang belum punya pagar permanen danjurkan membuat pagar hidup terlebih dahulu, (3) lomba sekolah asri. Pada tingkat kelas kegiatan yang mungkin dilakukan misalnya, lomba lokal asri, tugas-tugas pembelajaran yang berkaitan dengan lingkungan, misalnya dalam pembelajaran Geografi, dan pembelajaran Biologi. Tugas dapat diberikan dalam bentuk satu siswa satu pohon. Siswa secara individu diminta memelihara pohon yang ditanaminya sampai subur dan berkembang. Pohon dapat ditanam di sekitar kelas, atau di dalam pot, sehingga mewujudkan keasrian lingkungan baik lingkungan kelas maupun lingkungan sekolah.

Kegiatan seperti yang dikemukakan di atas kelihatannya sangat sederhana, tetapi kita dapat membayangkan apabila setiap sekolah di tanah air, mulai dari SD sampai SMA, bahkan Pergruan Tinggi, maka dampaknya dalam memelihara lingkungan, khususnya lingkungan sekolah akan sangat besar.

Penutup dan Saran

Program GGS pada tingkat sekolah perlu dapat dukungan penuh dari berbagai pihak, mulai dari pembijak tingkat atas sampai ke tingkat bawah. Pada tingkat sekolah program ini perlu diikuti oleh kebijakan kepala sekolah untuk menganggarkan dana yang cukup. Ini direalisasikan dalam bentuk Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang jelas. Program /kegiatan sekolah yang tidak terencana dengan baik, terutama masalah anggaran akan sulit diwujudkan dengan baik. Setelah penganggaran dilakuan, pimpinan sekolah mensosialisasikannya kepada majlis guru, untuk ditindak lanjuti dalam bentuk kegiatan-kegiatan nyata, dengan melibatkan semua warga sekolah, khususnya siswa.

Daftar Rujukan

Bergemen, Edward.F. 1995. Human Geography. Culture, Connection and Landscape (New Jersey: Prentice Hall)

, Michael. 1979. Tropical Lands. A Human Geography (England: Prentice Hall)

------------. 2007. Pemanasan Global (Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM, http://geo.ugm.ac.id)

Arisandi P. 2008. Go Green School di Gresik (http://www.terrarnet.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman