Setelah Majapahit berjaya mempersatukan Nusantara, lalu mulai mundur setelah Mahapatih Gajah Mada wafat disusul wafatnya Prabu Hayam Wuruk, dan para pewaris Majapahit saling berperang memperebutkan warisan tahta kerajaan. Tepat pada saat itu, abad 16, mulai datang bangsa Eropa yang licik dan serakah, datang berlayar lalu mengudal-udal dan merampok seluruh kekayaan Nusantara.
Sebetulnya, setelah era “Indianisasi”, datang pula berbondong-bondong orang-orang Cina dan Arab Islam, berlayar ke Nusantara, namun mereka berniat berdagang dengan damai. Tapi kedatangan bangsa Eropa memulai era perdagangan yang licik, kotor dan serakah, serta tak segan-segan melakukan perampokan dengan kekerasan bersenjata.
Alasan Kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia
Sejarah mencatat ada empat bangsa Eropa yang pernah menjajah berbagai wilayah nusantara. Kedatangan bangsa Eropa di Indonesia itu awalnya berniat mencari sumber rempah-rempah yang menguntungkan dalam perdagangan. Namun, melihat keelokan dan kekayaan alam di Nusantara, niat tersebut berubah menjadi hasrat ingin menjajah dan merampok habis-habisan.
Surga Rempah-Rempah
Memang, sejak 3000 tahun sebelum Masehi Indonesia telah dikenal sebagai surga rempah-rempah. Tanaman seperti cengkeh, jahe, jintan, merica, kemiri, kayu manis, bawang merah/putih, dan sebagainya, melimpah ruah. Khususnya di wilayah Indonesia Timur (Maluku).
Rempah-rempah pada masa prakolonial merupakan barang dagangan paling berharga. Tak hanya digunakan sebagai penyedap rasa, rempah-rempah juga biasa digunakan dalam pengobatan. Karenanya, ketenaran rempah-rempah tak kalah dengan emas batangan.
Berbekal alasan seperti itu, bangsa-bangsa Eropa berupaya mencari jalan menuju pulau-pulau di Nusantara yang diketahui sebagai sumber rempah-rempah. Mulai dari bangsa Portugis, Spanyol, Belanda hingga Inggris, pernah mencicipi keuntungan perdagangan rempah-rempah tersebut. Perdagangan yang akhirnya mengambil bentuk monopoli dan penguasaan wilayah (kolonial).Inilah cerita awal kedatangan bangsa Eropa di Indonesia.
Bangsa Portugis
Pada awal abad ke-16 (1511), bangsa portugis di bawah pimpinan Alfonso D’albuquerque, menguasai Malaka, pusat perdagangan Islam di Asia Tenggara. Tujuannya adalah untuk mendominasi sumber perdagangan rempah-rempah.
Tak puas menguasai Malaka, Portugis kemudian melanjutkan ekspedisinya menuju Timur, yaitu Ternate (Maluku) tahun 1512. Berbeda dengan Malaka yang merupakan pusat perdagangan rempah-rempah, Ternate adalah sumbernya. Penghasil utama rempah-rempah yang berkualitas dan bernilai jual tinggi.
Bangsa Portugis pun berupaya menaklukkan Ternate yang saat itu dikuasai kerajaan-kerajaan lokal. Peperangan tak terhindarkan dan berakhir dengan dikuasainya Ternate oleh bangsa Portugis.
Tak hanya mendirikan pos -benteng perdagangan, bangsa Portugis juga berupaya “menginternalkan” budaya mereka ke dalam rakyat Ternate. Budaya Portugis tersebut sampai sekarang masih dapat dilacak jejaknya di kehidupan masyarakat Ternate (Maluku).
Bangsa Spanyol
Tidak ingin kalah dengan negara tetangganya (Portugis), bangsa Spanyol juga turut serta dalam “perburuan” rempah-rempah. Hanya bedanya, jika Portugis mengambil arah timur melewati Afrika dan India, maka Spanyol sebaliknya. Mereka mengambil arah barat, yaitu melewati Benua Amerika, kepulauan Filipina, dan akhirnya mendarat ke Ternate pada 1521.
Terjadilah perseteruan antara kedua bangsa kolonial tersebut untuk memperebutkan penguasaan Ternate. Perseteruan yang memaksa paus (pemimpin spiritual umat katolik) untuk campur tangan. Kedua bangsa itu akhirnya berdamai dengan menandatangani perjanjian Saragossa (Zaragoza). Perjanjian yang salah satu isinya berupa pemberian “hak milik” wilayah kepulauan Ternate kepada bangsa Portugis.
Bangsa Belanda dan Inggris
Dua bangsa yang terakhir ini, boleh dibilang telat datang ke Nusantara. Bangsa Belanda pertama kali menjejakkan kakinya pada tahun 1596 dibawah pimpinan Cornelis de Houtman. Kedatangan mereka sama seperti bangsa Portugis dan Spanyol, yaitu untuk berdagang. Hal ini terlihat dari dibentuknya suatu komisi perdagangan, yang kemudian dikenal dengan nama Vereenigde Oost indische Compagnie (VOC) pada 1602. Dan untuk memodali VOC dibentuklah Amsterdam Bank 1609, bank sentral pertama di dunia untuk membiayai kolonial Belanda.
Begitu juga bangsa Inggris datang ke Nusantara pada tahun 1811 dengan kongsi dagang bernama East India Company (EIC), berpusat di India. Tujuannya, merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda yang saat itu sudah menguasai sebagian besar Nusantara (tak hanya di Ternate). EIC dibiayai dari pinjaman hutang Bank of England.
Mengulang kelakuan bangsa Portugis dan Spanyol, kedua bangsa ini (Belanda dan Inggris) pun saling bertikai. Peperangan tak terhindarkan, dan baru berakhir ketika disepakatinya perjanjian London tahun 1815. Yang berisi kesepakatan bahwa Inggris harus mengembalikan kekuasaannya di Indonesia kepada belanda.
Sejak saat itu kekuasaan kolonial Belanda tak tergoyahkan hingga invasi Jepang pada tahun 1942 dan kemerdekaan bangsa Indonesia tahun 1945. Inilah dua sejarah kedatangan bangsa Eropa di Indonesia, yaitu belanda dan Inggris.
Parasit-parasit yang mempengaruhi Umat Islam
Pada tahun 1511, Malaka jatuh ke tangan Portugis dan diikuti Pasai pada tahun 1521. Bangsa Portugis memaksakan agama Katolik di daerah yang telah direbutnya tersebut.
Bangsa Portugis berhasil mencengkeram Malaka, diikuti oleh bangsa Spanyol yang akhirnya berhasil berkuasa di Filipina dengan cara kekerasan. Pada rombongan orang-orang Portugis dan Spanyol itu, menumpanglah orang-orang Yahudi yang telah berpura-pura menjadi penganut Katolik yang taat, tetapi tetap ingin mengembangkan ismenya. Yahudi-yahudi Spanyol telah mengembangkan paham-paham Teosofi dan sekulerisme berbaju pastor di Filipina.
Bangsa Spanyol diikuti pula oleh bangsa Belanda yang berhasil merebut kerajaan-kerajaan di Indonesia dengan siasat pecah belah. Kerajaan lemah dibantu untuk menaklukkan kerajaan yang kuat dan akhirnya keduanya harus tunduk kepada Belanda.
Siasat semacam ini adalah siasat Yahudi yang disebut Program X.
Apakah Tujuan Kedatangan bangsa Eropa di Indonesia Saat ini?
Apa yang menjadi bahasan di atas, yaitu awal kedatangan bangsa Eropa di Indonesia terjadi sebelum terjadi kemerdekaan. Namun sampai kini, mereka pun masih suka datang ke Indonesia. Tujuannya beragam, namun salah satunya masih ada yang sama. Yaitu, menikmati rempah-rempah milik Indonesia. Hanya saja, saat ini mereka sudah tidak bisa lagi menjajah Indonesia dan mengambil begitu saja rempah-rempah tersebut.
Kini, kedatangan bangsa Eropa di Indonesia dengan tujuan menikmati rempah-rempah yang sudah tercampur dalam bentuk makanan. Terutama makanan yang berhubungan dengan bawang putih dan bawang merah, cukup banyak orang-orang Eropa menyukainya. Sehingga boleh dikata, makanan yang memiliki campuran rempah-rempah bisa menjadi salah satu pemikat kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia.
Disamping itu, kini mereka bekerjasama maling-maling pribumi Nusantara dan oknum orang-orang Cina pengkhianat, menguras habis sisa-sisa kekayaan Nusantara pasca kemerdekaan.
Pointer-pointer yang mendorong Bangsa Eropa menjajah Nusantara, adalah:
Faktor pendorong bangsa Eropa menyebabkan penjelajahan Samudera pada akhir abad ke-16:
Jatuhnya Konstantinopel ke Turki Utsmani (1456)
Kisah perjalanan Marco Polo ke dunia timur
Penemuan Copernicus yang didukung Galileo yang menyatakan bumi ini bulat
Penemuan kompas
Semangat reconquesta pembalasan terhadap Islam dimanapun dijumpai.
Tujuan bangsa Eropa menjajah ada 3, yakni:
Gold (mencari kekayaan)
Glory (mencapai kejayaan)
Gospel (menyebarkan agama Kristen)
Spanyol
Columbus sampai ke Bahama yang ia sangka Hindia sumber rempah-rempah. Ferdinand Magelhaens sampai ke Filipina (1521). Dan Sebastian de Elcano sampai ke Maluku pada tahun 1521.
Portugis
Sampai di Malaka pada tahun 1511 dibawah pimpinan Alfonso d’Albuqueguer kemudian sampai di Maluku (1512)
VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) didirikan pada tahun 1602.
Hak Octrooi (Istimewa) VOC:
Hak monopoli perdagangan
Hak menjajah
Hak mengangkat pegawai-pegawainya
Hak member pengadilan
Hak mencetak uang sendiri
VOC dibubarkan pada pada 31 Desember 1799, akibat:
Persaingan dagang dengan Prancis dan Inggris
Rakyat Hindia tidak mampu membeli produk VOC karena miskin
Pegawai-pegawai VOC banyak yang korupsi
VOC mengeluarkan Anggaran terlalu besar buat perang
Inggris
Dibawah kekuasaan Gubernur Jenderal Lord Minto yang berkedudukan di Calkutta India mengangkat Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles (1811-1816) yang berkedudukan di Jawa. Programnya: menghapus segala kerja rodi; memberikan kebebasan dalam perdagangan; menerapkan sistem sewa tanah (landrente).
Pemerintahan Kolonial Belanda
Herman Willem Daendels (1808-1811)
Programnya: membuat jalan pos Anyer-Panarukang; memperkuat pertahanan Belanda.
Cultuur Stetsel (sistem tanam paksa)
Diterapkan pada masa Yohannes Van den Bosch.
Sumber: The Untold Story
Tidak ada komentar:
Posting Komentar