Pengaruh polusi udara terhadap kesehatan jangka pendek dan jangka panjang
Pajanan jangka pendek
1. Perawatan di rumah sakit, kunjungan ke Unit Gawat Darurat atau kunjungan rutin dokter, akibat penyakit yang terkait dengan respirasi (pernapasan) dan kardiovaskular.
2. Berkurangnya aktivitas harian akibat sakit
3. Jumlah absensi (pekerjaan ataupun sekolah)
4. Gejala akut (batuk, sesak, infeksi saluran pernapasan)
5. Perubahan fisiologis (seperti fungsi paru dan tekanan darah)
Pajanan jangka panjang
1. Kematian akibat penyakit respirasi/pernapasan dan kardiovaskular
2. Meningkatnya Insiden dan prevalensi penyakit paru kronik (asma, penyakit paru osbtruktif kronis)
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin
4. Kanker
Polutan udara spesifik yang banyak berpengaruh terhadap kesehatan
1. Particulate Matter (PM)
Penelitian epidemiologis pada manusia dan model pada hewan menunjukan PM10 (termasuk di dalamnya partikulat yang berasal dari diesel/DEP) memiliki potensi besar merusak jaringan tubuh. Data epidemiologis menunjukan peningkatan kematian serta eksaserbasi/serangan yang membutuhkan perawatan rumah sakit tidak hanya pada penderita penyakit paru (asma, penyakit paru obstruktif kronis, pneumonia), namun juga pada pasien dengan penyakit kardiovaskular/jantung dan diabetes. Anak-anak dan orang tua sangat rentan terhadap pengaruh partikulat/polutan ini, sehingga pada daerah dengan kepadatan lalu lintas/polusi udara yang tinggi biasanya morbiditas penyakit pernapasan (pada anak dan lanjut usia) dan penyakit jantung/kardiovaskular (pada lansia) meningkat signifikan. Penelitian lanjutan pada hewan menunjukan bahwa PM dapat memicu inflamasi paru dan sistemik serta menimbulkan kerusakan pada endotel pembuluh darah (vascular endothelial dysfunction) yang memicu proses atheroskelosis dan infark miokard/serangan jantung koroner. Pajanan lebih besar dalam jangka panjang juga dapat memicu terbentuknya kanker (paru ataupun leukemia) dan kematian pada janin. Penelitian terbaru dengan follow up hampir 11 tahun menunjukan bahwa pajanan polutan (termasuk PM10) juga dapat mengurangi fungsi paru bahkan pada populasi normal di mana belum terjadi gejala pernapasan yang mengganggu aktivitas.
2. Ozon
Ozon merupakan oksidan fotokimia penting dalam trofosfer. Terbentuk akibat reaksi fotokimia dengan bantuan polutan lain seperti NOx, dan Volatile organic compounds. Pajanan jangka pendek/akut dapat menginduksi inflamasi/peradangan pada paru dan menggangu fungsi pertahanan paru dan kardiovaskular. Pajanan jangka panjang dapat menginduksi terjadinya asma, bahkan fibrosis paru. Penelitian epidemiologis pada manusia menunjukan pajanan ozon yang tinggi dapat meningkatkan jumlah eksaserbasi/serangan asma.
3. NOx dan Sox
NOx dan SOx merupakan co-pollutants yang juga cukup penting. Terbentuk salah satunya dari pembakaran yang kurang sempurna bahan bakar fosil. Penelitian epidemologi menunjukan pajanan NO2,SO2 dan CO meningkatkan kematian/mortalitas akibat penyakit kardio-pulmoner (jantung dan paru) serta meningkatkan angka perawatan rumah sakit akibat penyakit-penyakit tersebut.
HARI ini tepat peringatan Hari Bumi (Earth Day). Sayangnya, kondisi bumi semakin memprihatinkan karena banyaknya lingkungan yang rusak. Selain itu, menimbulkan dampak seperti banjir longsor, kekeringan, polusi udara. Peringatan Hari Bumi memang tidak pernah dirayakan secara istimewa. Malah, kebanyakan orang tidak mengerti. Kendati begitu, meski tidak antusias, alangkah baiknya tetap menjaga bumi agar nyaman dihuni. Salah satunya dengan menjaga udara agar layak dihirup. Meski kampanye go green semakin akrab di telinga, kesadaran untuk menjaga kelestarian bumi masih minim. Isu pemanasan global juga makin hangat kala bumi semakin menanggung beban berat atas perubahan lingkungan dan iklim. Pemanasan global terjadi akibat radiasi gelombang panjang matahari (biasa disebut inframerah) yang dipancarkan bumi oleh gas-gas rumah kaca (efek rumah kaca).
Gas-gas ini secara alami terdapat di udara (atmosfer) dan menyebabkan penipisan lapisan ozon juga memperpanas suhu bumi. Semakin tipis lapisan teratas atmosfer, makin bebas radiasi gelombang pendek matahari (termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Akibatnya, radiasi gelombang pendek ini berubah menjadi gelombang panas sehingga kian meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca tadi. Karbondioksida (CO2) adalah gas terbanyak (75 persen) penyumbang emisi gas-gas rumah kaca. Setiap kali Anda menggunakan, seperti minyak, bensin, gas alam, batu bara untuk keperluan rumah tangga, mobil, pabrik, ataupun membakar hutan, praktis melepaskan CO2 ke udara. Kini polusi udara yang semakin meningkat dan berpengaruh negatif terhadap kesehatan tidak bisa lagi diabaikan. Sebuah penelitian terbaru menyebutkan anak-anak yang tinggal di dalam kota berisiko mengalami asma. Hal tersebut disebabkan kualitas udara yang jauh dari standar. Dalam analisis peneliti selama 12 tahun, ditarik kesimpulan bahwa pengaruh jangka pendek dari meningkatnya polusi, yaitu meningkatkan gejala asma dan kemampuan fungsi paru-paru.
Analisis didasarkan dari perolehan data yang dihimpun National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) Inner-City Asthma Study (ICAS) menguji 861 anak-anak berusia 5-12 tahun dan mengalami asma. Daerah perkotaan yang mempunyai tingkat polusi tinggi adalah Boston, The Bronx, Chicago, Dallas, New York City, Seattle, dan Tucson. Setelah dua tahun peneliti terus memonitor dengan teratur dan melihat gejala asma yang timbul, seperti kemampuan bernapas, ketidakhadiran di sekolah, pengukuran kondisi udara.
Kualitas udara diukur menggunakan EPA Aerometric Information Retrieval System. Selanjutnya, setiap enam bulan mereka melakukan pengujian fungsi paru-paru dua kali sehari. Mereka terus konsisten meneliti sampai dua kali periode. Untuk melengkapi data, peneliti juga melibatkan orangtua untuk mengenali gejala asma anak.
Berpijak dari hasil penelitian tersebut, fungsi paruparu bisa menurun akibat polusi udara. Polusi udara mengandung sulfur dioxide, nitrogen dioxide, serta partikelpartikel di udara.Polusi udara ini hasil emisi kendaraan bermotor dan sektor industri. Disebutkan, meningginya kadar nitrogen dioxide serta partikel lain dihubungkan dengan ketidakhadiran anak di sekolah. Nah, absennya anak di sekolah dikaitkan timbulnya keluhan gejala asma. Pengaruh emisi asap semakin kuat terhadap kesehatan paru-paru pada anak yang tinggal di daerah urban. Masih dari hasil penarikan kesimpulan tersebut semakin memperkuat hubungan kesehatan pernapasan terhadap pemilihan tempat tinggal. Hasil penelitian ini melengkapi penelitian sebelumnya yang dilakukan peneliti dari Harvard School of Public Health, Boston Heike Luttmann- Gibson PhD. "Timbulnya gejala asma pada anak bukan hanya disebabkan obesitas, juga kualitas udara yang dihirup," papar Luttmann- Gibson.
Penemuan ini menjawab pertanyaan kualitas udara sekarang dan disarankan sebagai salah satu cara manajemen pengendalian asma kepada anak. Agar gejala asma pada anak semakin minimal, hasil penelitian ini pula bertujuan untuk memperingatkan adanya bahaya meningkatnya polusi udara. Karena itu, upaya untuk menjaga bumi sebaiknya melakukan hal-hal kecil di sekitar Anda, misalnya menjaga kebersihan.
Ada yang bilang pemanasan global itu hanya khayalan para pecinta lingkungan. Ada yang bilang itu sudah takdir. Ilmuwan juga masih pro dan kontra soal itu. Yang pasti, fenomena alam itu bisa dirasakan dalam 10 kejadian berikut ini. Dan yang pasti ini bukan imajinasi belaka, sebab kita sudah mengalaminya.
• Kebakaran hutan besar-besaran
Bukan hanya di Indonesia, sejumlah hutan di Amerika Serikat juga ikut terbakar ludes. Dalam beberapa dekade ini, kebakaran hutan meluluhlantakan lebih banyak area dalam tempo yang lebih lama juga. Ilmuwan mengaitkan kebakaran yang merajalela ini dengan temperatur yang kian panas dan salju yang meleleh lebih cepat. Musim semi datang lebih awal sehingga salju meleleh lebih awal juga. Area hutan lebih kering dari biasanya dan lebih mudah terbakar.
• Situs purbakala cepat rusak
Akibat alam yang tak bersahabat, sejumlah kuil, situs bersejarah, candi dan artefak lain lebih cepat rusak dibandingkan beberapa waktu silam. banjir, suhu yang ekstrim dan pasang laut menyebabkan itu semua. Situs bersejarah berusia 600 tahun di Thailand, Sukhotai, sudah rusak akibat banjir besar belum lama ini.
• Ketinggian gunung berkurang
Tanpa disadari banyak orang, pegunungan Alpen mengalami penyusutan ketinggian. Ini diakibatkan melelehnya es di puncaknya. Selama ratusan tahun, bobot lapisan es telah mendorong permukaan bumi akibat tekanannya. Saat lapisan es meleleh, bobot ini terangkat dan permukaan perlahan terangkat kembali.
• Satelit bergerak lebih cepat
Emisi karbon dioksida membuat planet lebih cepat panas, bahkan berimbas ke ruang angkasa. Udara di bagian terluat atmosfer sangat tipis, tapi dengan jumah karbondioksida yang bertambah, maka molekul di atmosfer bagian atas menyatu lebih lambat dan cenderung memancarkan energi, dan mendinginkan udara sekitarnya. Makin banyak karbondioksida di atas sana, maka atmosfer menciptakan lebih banyak dorongan, dan satelit bergerak lebih cepat.
• Hanya yang Terkuat yang Bertahan
Akibat musim yang kian tak menentu, maka hanya mahluk hidup yang kuatlah yang bisa bertahan hidup. Misalnya, tanaman berbunga lebih cepat tahun ini, maka migrasi sejumlah hewan lebih cepat terjadi. Mereka yang bergerak lambat akan kehilangan makanan, sementar mereka yang lebih tangkas, bisa bertahan hidup. Hal serupa berlaku bagi semua mahluk hidup termasuk manusia.
• Pelelehan Besar-besaran
Bukan hanya temperatur planet yang memicu pelelehan gununges, tapi juga semua lapisan tanah yang selama ini membeku. Pelelehan ini memicu dasar tanah mengkerut tak menentu sehingga menimbulkan lubang-lubang dan merusak struktur seperti jalur kereta api, jalan raya, dan rumah-rumah. Imbas dari ketidakstabilan ini pada dataran tinggi seperti pegunungan bahkan bisa menyebabkan keruntuhan batuan.
• Keganjilan di Daerah Kutub
Hilangnya 125 danau di Kutub Utara beberapa dekade silam memunculkan ide bahwa pemanasan global terjadi lebih “heboh” di daerah kutub. Riset di sekitar sumber airyang hilang tersebut memperlihatkan kemungkinan mencairnya bagian beku dasar bumi.
• Mekarnya Tumbuhan di Kutub Utara
Saat pelelehan Kutub Utara memicu problem pada tanaman danhewan di dataran yang lebih rendah, tercipta pula situasi yang sama dengan saatmatahari terbenam pada biota Kutub Utara. Tanaman di situ yang dulu terperangkap dalam es kini tidak lagi dan mulai tumbuh. Ilmuwan menemukan terjadinya peningkatan pembentukan fotosintesis di sejumlah tanah sekitar dibanding dengan tanah di era purba.
• Habitat Makhluk Hidup Pindah ke Dataran Lebih Tinggi
Sejak awal dekade 1900-an, manusia harus mendaki lebihtinggi demi menemukan tupai, berang-berang atau tikus hutan. Ilmuwan menemukan bahwa hewan-hewan ini telah pindah ke dataran lebih tinggi akibat pemanasan global. Perpindahan habitat ini mengancam habitat beruang kutub juga, sebab es tempat dimana mereka tinggal juga mencair.
• Peningkatan Kasus Alergi
Sering mengalami serangan bersin-bersin dan gatal di matasaat musim semi, maka salahkanlah pemanasan global. Beberapa dekade terakhir kasus alergi dan asma di kalangan orang Amerika alami peningkatan. Pola hidupdan polusi dianggap pemicunya. Studi para ilmuwan memperlihatkan bahwa tingginya level karbondioksida dan temperatur belakangan inilah pemicunya. Kondisi tersebut juga membuat tanaman mekar lebih awal dan memproduksi lebih banyak serbuk sari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar