KOMPAS.com - Sebagaimana babirusa, pengelompokan anoa dalam dunia binatang juga mengundang debat di kalangan ilmuwan. Binatang ini memiliki ciri tubuh seperti kerbau dan sapi. Berat tubuhnya 150-300 kilogram.
Secara umum, anoa sulawesi dibagi menjadi dua spesies, yaitu anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis).
Kedua jenis ini dibedakan berdasarkan bentuk tanduk dan ukuran tubuh. Groves dalam Systematics of the Anoa (1969) menyebutkan, anoa dataran rendah relatif lebih kecil, ekor lebih pendek dan lembut, serta tanduk melingkar. Sementara anoa dataran tinggi lebih besar, ekor panjang, berkaki putih, dan tanduk kasar dengan penampang segitiga.
Namun, pengelompokan anoa berdasarkan wilayah habitatnya ini sering dianggap tidak tepat. Menurut Thornback dalam Red Data Book Vol.1. Mammalia (1978), anoa pegunungan juga sering ditemukan di pantai. Demikian sebaliknya, anoa dataran rendah sering ditemukan di pegunungan.
Kedua spesies yang merupakan binatang endemis Sulawesi itu berstatus E (endangered) atau terancam punah menurut IUCN. Populasinya di hutan saat ini diperkirakan tinggal 3.000 ekor dan jumlahnya terus menurun. Anoa sering diburu untuk diambil kulit, tanduk, dan dagingnya. Hingga saat ini, perburuan anoa masih marak dan daging anoa kerap ditemukan di pasar-pasar tradisional di Sulawesi Utara dan Gorontalo.(Tim Penulis Ekspedisi Cincin Api Kompas)