Minggu, 27 April 2014

Geografi Kota Kediri

 


Sebagai wilayah kota yang merupakan salah satu Pemerintah Kota yang ada di wilayah propinsi Jawa Timur, Kota Kediri terletak di wilayah selatan bagian barat Jawa Timur. Kota Kediri dijadikan wilayah pengembangan kawasan lereng Wilis, dan sekaligus sebagai pusat pengembangan regional eks Wilayah Pembantu Gubernur Wilayah III Kediri yang mempunyai pengaruh timbal balik dengan daerah sekitarnya.
Secara geografis , Kota Kediri terletak di antara 111,05 derajat-112,03 derajat Bujur Timur dan 7,45 derajat-7,55 derajat Lintang Selatan dengan luas 63,404 Km2. Dari aspek topografi, Kota Kediri terletak pada ketinggian rata-rata 67 m diatas permukaan laut, dengan tingkat kemiringan 0-40%
Struktur wilayah Kota Kediri terbelah menjadi 2 bagian oleh sungai Brantas, yaitu sebelah timur dan barat sungai. Wilayah dataran rendah terletak di bagian timur sungai, meliputi Kec. Kota dan kec. Pesantren, sedangkan dataran tinggi terletak pada bagian barat sungai yaitu Kec. Mojoroto yang mana di bagian barat sungai ini merupakan lahan kurang subur yang sebagian masuk kawasan lereng Gunung Klotok (472 m) dan Gunung Maskumambang (300 m) sedang dibagian timur sungai merupakan lahan yang relatif subur dengan relief tanah yang datar. Dikaki Gunung Klotok terdapat situs sejarah berupa Goa Selomangleng, goa ini merupakan pesanggrahan Dewi Kilisuci putri Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan. selain itu terdapat relief kisah Patih Butho Locoyo, yang setia mendampingi Dewi Kilisuci dan simbol Butho Locoyo ini menjadi Lambang Kota kediri.
Secara administratif, Kota Kediri berada di tengah wilayah Kabupaten Kediri dengan batas wilayah sebagai berikut :
  • Sebelah utara     : Kec. Gampengrejo dan Kec. Grogol
  • Sebelah Selatan : Kec. Kandat dan Kec. Ngadiluwih
  • Sebelah Timur     : Kec. Wates dan Kec. Gurah
  • Sebelah Barat     : kec. Banyakan dan Kec. Semen
 
Wilayah Kota Kediri, secara administratif terbagi menjadi 3 wilayah kecamatan, yaitu :
  1. Kecamatan Kota, dengan luas wilayah 14,900 Km2 terdiri dari 17 Kelurahan
  2. Kecamatan Pesantren, dengan luas wilayah 23,903 Km2 tediri dari 15 Kelurahan
  3. Kecamatan Mojoroto, dengan luas wilayah 24,601 Km2 tediri dari 14 Kelurahan

Minggu, 20 April 2014

Potensi Kota Kediri



 Kota Kediri berada pada jalur transportasi regional yang menghubungkan Kota Surabaya dengan Tulungagung, Nganjuk dan Malang, dalam konteks pengembangan wilayah Provinsi Jawa Timur, Kota Kediri merupakan pusat pengembangan SWP Kediri dan sekitarnya yang meliputi : Kabupaten Kediri, Nganjuk, Trenggalek dan Tulungagung. Kota Kediri merupakan kota Orde IIB, termasuk dalam klasifikasi Kota Menengah. Sebagai pusat SWP, Kota Kediri
memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan tersier yakni industri, perdagangan, pemerintahan dan pendidikan tinggi. Keberadaan economic base, yakni industri pengolahan tembakau (PT. Gudang Garam), memberikan andil yang cukup besar sebagai pendorong utama aktivitas perekonomian masyarakat.
Fungsi Kota Kediri sebagai pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya, tumbuh dan berkembang didukung oleh keberadaan infrastruktur transportasi yang menghubungkan dengan beberapa daerah disekitarnya. Keberadaan infrastruktur transportasi mempengaruhi pola pemanfaatan lahan yang cenderung linier terutama di sepanjang jalan arteri primer arah ke Surabaya.    
Sesuai dengan kecenderungan yang ada dan kegiatan utama yang dikembangkan di Kota Kediri yaitu : industri, pendidikan, perdagangan dan jasa serta pariwisata, maka arahan penyebaran kegiatan-kegiatan pembangunan dialokasikan pada bagian wilayah kota secara merata sesuai dengan kecenderungan perkembangannya. Peruntukkan masing-masing bagian wilayah Kota Kediri adalah sebagai berikut :
  • Bagian Wilayah Kota A (BWK A), terdiri dari seluruh kawasan Kecamatan Mojoroto dengan luas kawasan 2.460,40 Ha. Kegiatan yang dikembangkan : permukiman, pariwisata, industri dan pendidikan.
  • Bagian Wilayah Kota B (BWK B), terdiri dari seluruh wilayah Kecamatan Kota dan sebagian kecil Kecamatan Pesantren dengan luas kawasan 2.185,05 Ha. Kegiatan utama yang dikembangkan : industri, perdagangan dan jasa serta pariwisata, perkantoran dan permukiman.
  • Bagian Wilayah Kota C (BWK C), mencakup sebagian besar wilayah Kecamatan Pesantren dengan luas wilayah 1.694,98 Ha. Kegiatan utama yang dikembangkan : industri dan permukiman.

Kondisi Demografis
Jumlah penduduk Kota Kediri pada tahun 2009 (data SIAK On Line) mencapai 297.963 jiwa, terdiri dari 149.867 jiwa laki-laki dan 148.096 jiwa perempuan. Yang tersebar di Kecamatan Mojoroto sebanyak 115.033 jiwa, Kecamatan Kota sebanyak 96.101 jiwa dan Kecamatan Pesantren sebanyak 86.829 jiwa. Angka Sex Ratio, yaitu ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki terhadap perempuan mencapai 101,19 persen. Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Kediri sebesar 4.265 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan penduduk tertinggi ada di Kecamatan Kota. Tingginya kepadatan penduduk di Kecamatan Kota dikarenakan kawasan Kecamatan Kota merupakan sentral dari pusat perdagangan dan jasa yang ada di Kota Kediri. Oleh karena itu dalam perkembangan pembangunan, laju pertumbuhan ekonomi di Kecamatan yang lain terus didorong agar terjadi penyebaran aktivitas ekonomi yang dapat menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah kecamatan yang lain.

Kondisi  Perekonomian
a.  Produk Unggulan.
Kota Kediri sangat dikenal sebagai penghasil makanan yang bercita rasa khas, antara lain tahu kuning, stik tahu, gethuk pisang, emping mlinjo, rokok, jamu, kecap, kopi  serta produk-produk hasil kerajinan bordir, tenun ikat, sarung, sulak, kerajinan bambu.  Merupakan potensi yang tidak kecil artinya bagi bergeraknya roda perekonomian Kota Kediri.  Produk-produk unggulan diproduksi pelaku usaha industri kecil/rumah tangga di seluruh wilayah Kelurahan yang ada di Kota Kediri, pengelolaannya dilakukan dalam sentra industri kecil maupun non sentra.

Dari beberapa sentra yang ada, sebagian besar bergerak di sektor industri dan perdagangan. Di Kota Kediri terdapat 14 sentra UMKM yang berusaha aneka ragam produk, antara lain : tahu, tempe, tenun ikat, meubelair, makanan, minuman, buah-buahan, sayuran, emping mlinjo, sulak, jahitan, kaca hias, tusuk sate, kue basah, jamu gendong dan opak gambir.
Populasi UMKM keseluruhan baik yang ada di sentra maupun non sentra industri kecil pada tahun 2009 berjumlah 14.125 UMKM. UMKM dan koperasi merupakan basis penggerak perekonomian di Kota Kediri terus ditingkatkan melalui pembinaan dan perkuatan permodalan bagi UMKM dan Koperasi.

b. Kondisi Makro Ekonomi.
Selama periode  tahun 2003-2008  nilai PDRB Kota Kediri atas dasar harga berlaku  dengan  PT.  Gudang  Garam  terus  mengalami  peningkatan,  yakni    Rp. 23,742 triliun pada tahun 2003 menjadi Rp 27,420   triliun  pada tahun  2004  atau  meningkat  15,49%  dan  pada tahun 2005 sebesar Rp 31,680 triliyun atau meningkat 15,53% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2006 meningkat sebesar 19,14% menjadi Rp 37,743 triliun, tahun 2007 meningkat 10,70% menjadi                  Rp 41,784 triliun dan tahun 2008 meningkat 15,99% menjadi Rp 48,461 triliun.
Besarnya nilai PDRB Kota Kediri tanpa PT Gudang Garam pada tahun 2003 mencapai Rp 6,392 triliun, tahun 2004 bertambah Rp 7,111 triliun, pada tahun 2005 mencapai Rp 8,188 triliun, selanjutnya tahun 2006 sebesar Rp 9,659 triliun, tahun 2007 sebesar Rp 11,545 triliun dan tahun 2008 sebesar Rp 13,525 triliun.
Peningkatan nilai PDRB atas dasar harga berlaku selain dipengaruhi oleh adanya peningkatan nilai produksi juga dipengaruhi oleh adanya peningkatan harga barang dan jasa yang terjadi pada tahun yang bersangkutan dimana faktor tersebut ikut diperhitungkan dalam penyusunan angka PDRB atas dasar harga berlaku. Oleh karena itu untuk mengetahui peningkatan PDRB yang sebenarnya atau riil, maka angka PDRB disajikan pula atas dasar harga konstan dengan tahun dasar (harga barang dan jasa) pada tahun 2000.
Besaran nilai PDRB atas dasar harga berlaku baik secara rinci dapat dicermati pada tabel  dibawah ini.

Produk Domestik Regional Bruto Kota Kediri Atas Dasar
Harga Berlaku, Tahun 2003 - 2008 (Triliun rupiah)

Uraian
2003
2004
2005
2006
2007*
2008**







PDRB dengan PT Gudang  Garam
23,742
27,420
31,680
37,743
41,784
48,461
PDRB tanpa PT Gudang Garam
6,392
7,112
8,188
9,659
11,545
13,525







*)  Angka diperbaiki
**) Angka Sementara
Dari angka-angka PDRB tersebut, nampak bahwa PDRB Kota Kediri tiap tahun terus mengalami peningkatan, sejalan dengan proses membaiknya kondisi ekonomi. Tentunya nilai PDRB yang dihasilkan masih mengandung pengaruh perubahan harga, sehingga masih belum bisa digunakan untuk menghitung  pertumbuhan ekonomi Kota Kediri.
Untuk melihat pertumbuhan ekonomi Kota Kediri dapat dilihat dari perkembangan PDRB atas dasar harga konstan 2000, karena pertumbuhan ekonomi ini benar-benar diakibatkan dari perubahan jumlah nilai produksi sektoral yang sudah bebas dari pengaruh harga (pertumbuhan riil).
Nilai PDRB Kota Kediri atas dasar harga konstan dengan   PT Gudang Garam berturut-turut pada periode 2003-2008 yaitu sebesar   Rp 17,726 triliun; Rp 18,745 triliun; Rp 18,792 triliun;Rp 19,768 triliun; Rp 20,660 triliun; dan Rp 21,622 triliun.  Sedangkan nilai  PDRB  tanpa   PT. Gudang Garam pada tahun 2003 sebesar Rp 5,084 tahun 2004 sebesar Rp 5,449 triliun, tahun 2005 sebesar Rp 5,684 triliun, tahun 2006 sebesar Rp 5,924 triliun, tahun 2007 sebesar Rp 6,201 triliun dan pada tahun 2008 sebesar Rp 6,514 triliun, sebagaimana terlihat pada tabel 2.2 berikut ini.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Kediri Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 2003 – 2008 (Triliun rupiah)

Uraian
2003
2004
2005
2006
2007*
2008**







PDRB dengan PT Gudang  Garam
17,726
18,745
18,792
19,768
20,660
21,622

 
 
 
 
 
 
PDRB tanpa PT Gudang Garam
5,084
5,449
5,684
5,924
6,201
6,514
*)   Angka diperbaiki
**) Angka Sementara
Dengan perbandingan angka-angka tersebut, maka dapat dikatakan bahwa perekonomian Kota Kediri, dengan PT. Gudang Garam secara riil dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, begitu juga dengan PDRB tanpa PT. Gudang Garam.
Sedangkan tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan yang dihitung dari PDRB yang merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat pertumbuhan sektoralnya, artinya apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi besar  dan pertumbuhannya lambat, maka hal ini akan menghambat tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebaliknya, apabila sektor tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka sektor tersebut akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi riil dari PDRB adalah pertumbuhan ekonomi (indeks berantai) atas dasar harga konstan 2000. Sehingga pertumbuhan ini sudah tidak dipengaruhi faktor harga atau dengan kata lain benar-benar murni disebabkan oleh kenaikan periode seluruh sektor pendukungnya.
Berdasarkan tabel 2.3 pertumbuhan ekonomi Kota Kediri dengan PT Gudang Garam berturut-turut dari tahun 2003-2008 adalah 3,85%; 5,75%; 0,25%; 5,19%; 4,51%; 4,66%. Sedangkan tanpa PT Gudang Garam sebesar 5,63% tahun 2003,  tahun 2004 sebesar 7,17%, dan 4,32% pada tahun 2005, selanjutnya 4,21%,  4,68% dan 5,05% pada tahun 2006, 2007 dan 2008. Adanya kenyataan ini menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2008 sektor industri pengolahan merupakan lokomotif pertumbuhan ekonomi PDRB di Kota Kediri.
Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kota Kediri, Tahun 2003 - 2008 (%)
 
Lapangan Usaha
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007*
2008**
Pertanian
4,90
3,34
3,11
2,46
02,15
0,91
Pertambangan dan Penggalian
6,77
1,19
2,26
3,13
3,46
12,93
Industri
3,13
5,05
-2,07
4,21
3,84
3,68
Listrik, Gas dan Air Bersih
9,33
14,27
5,36
3,37
3,17
3,81
Bangunan
7,31
4,71
2,99
4,23
4,36
3,93
Perdagangan, Hotel & Restoran
5,47
8,17
8,02
8,75
6,67
7,57
Pengangkutan dan Komunikasi
7,48
5,46
5,74
8,37
7,94
10,09
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
9,72
8,31
3,83
4,12
4,17
4,69
Jasa-jasa
7,04
4,16
4,98
4,75
5,07
6,82
Dengan PT Gudang Garam
3,85
5,75
0,25
5,19
4,51
4,66
Tanpa PT Gudang Garam *
5.63
7.17
4.32
4.21
4,68
5.05
*)  Angka Diperbaiki
**) Angka Sementara

Kondisi perekonomian Kota Kediri pada tahun 2008 pada umumnya tidak ubahnya dengan tahun-tahun sebelumnya dimana semua sektor/ lapangan usaha mengalami pertumbuhan ekonomi positif tanpa terkecuali, dengan indikator meningkatnya pertumbuhan ekonomi untuk PDRB dengan PT Gudang Garam. Adapun untuk PDRB tanpa PT. Gudang Garam pada tahun 2008 laju pertumbuhan ekonomi PDRB mengalami peningkatan menjadi sebesar 5,05% dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2007 sebesar 4,68%. Adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi PDRB pada tahun 2008 tersebut disebabkan adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dari sektor Perdagangan, hotel dan restoran yaitu dari 6,67% pada tahun 2007 menjadi 7,57% pada tahun 2008.
 
Kualitas Pembangunan Manusia
Pada periode tahun 2002-2008 dari komponen-komponen yang diperhitungkan dalam IPM, Kota Kediri mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2006 sedikit mengalami penurunan yaitu sebesar 71,05, selanjutnya   meningkat lagi menjadi 72,49  pada tahun 2007 kemudian pada tahun 2008 IPM Kota Kediri meningkat menjadi 73,39. Dari ketiga komponen pembentuk IPM  semua indeks mengalami peningkatan, kecuali indeks pendidikan pada tahun 2006 mengalami penurunan, capaian indeks pendidikan 82,85 selanjutnya pada tahun 2007-2008 indeks pendidikan mengalami peningkatan cukup berarti. Capaian nilai IPM Kota Kediri periode tahun 2002-2008, selengkapnya dapat dicermati pada tabel dibawah ini.

Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kota Kediri Tahun 2002 – 2008
        No.
Tahun
Index Harapan Hidup
Index Pendidikan
Index Daya Beli
IPM
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
2002
73,50
83,37
83,34
70,41
2
2003
73,50
84,04
55,17
70,89
3
2004
73,50
84,40
56,17
71,36
4
2005
73,85
83,66
56,21
71,56
5
2006
74,00
82,85
56,30
71,05
6.
2007
74,13
85,99
57,34
72,49
7.
2008
74,71
86,80
58,66
73,39
 
    Sumber  :  BPS Propinsi Jawa Timur, Analisis Kinerja Makro Ekonomi dan Sosial
Dibandingkan dengan Jawa Timur capaian IPM Kota Kediri lebih tinggi. Rata-rata IPM Jawa Timur sebesar 69,14. Dari 38 kabupaten/kota yang dihitung IPM-nya, 19 kabupaten/kota mempunyai IPM lebih baik daripada IPM Jawa Timur, sedangkan sisanya sebanyak 19 kabupaten/kota IPMnya berada di bawah IPM Jawa Timur. Pada tahun 2008, IPM tertinggi/terbaik dicapai oleh Kota Surabaya dengan IPM sebesar 76,10, sementara peringkat terbawah dalam penghitungan IPM masih ditempati Kabupaten Sampang dengan IPM sebesar 55,77.
Penghitungan IPM untuk lingkup Jawa Timur, berbeda dengan penghitungan IPM nasional, dalam menentukan standar harga yang digunakan untuk menghitung PPP  (daya beli). Untuk Jawa Timur, standar harga yang digunakan adalah Kota Malang, sedangkan untuk Nasional menggunakan standar harga Jakarta Selatan. Pada tahun 2008 Kota Kediri menduduki peringkat  5.

Minggu, 13 April 2014

Sejarah Kota Kediri


Kediri Jaman Kerajaan

KEBESARAN MASA LALU

Sudah menjadi pengetahuan umum, Kediri merupakan daerah yang memiliki sejarah masa lalu yang gemilang . Bahkan Kediri di masa lalu adalah daerah penting dalam konstelasi nusantara karena menjadi salah satu pusat di antara kerajaan-kerajaan nusantara masa itu.

Kediri juga menjadi salah satu daerah yang menjadi saksi bagi kebangkitan dan kehancuran kerajaan-kerajaan di nusantara yang memang silih berganti timbul tenggelam mewarnai lembaran sejarah kehidupan banga besar nusantara ini. Khusus bagi Jawa Timur, Kediri di masa-masa silam merupakan daerah yang bisa dikatakan cikal bakal lahirnya kerajaan-kerajaan besar sekaligus menjadi payung bagi daerah-daerah dan kerajaan-kerajaan kecil lainnya.

Pusat kerajaan baru di Jawa Timur muncul diantara dua masa berlangsungnya pemerintahan kerajaan di Jawa Tengah. Hal ini kita ketahui dari sebuah prasasti bertahun 729 saka (840 M) yaitu “PRASASTI HARINJING” di Desa Sukabumi, Kec. Kepung Kab. Kediri. Prasasti tersebut ditulis dalam bahasa Sansekerta dengan huruf kawi (Jawa Kuno).

Pengaruh Kerajaan Sriwijaya di belahan barat dan Mataram disebelah timur pada tahun 928 selagi empu sendok berkuasa di tanah air kita membuat perkembangan kerajaan-kerajaan kecil diseluruh jawa, termasuk Jawa Timur berkembang pesat. Mpu Sendok sebagai seorang bangsawan yang berasal dari kerajaan Mataram mendirikan kerajaan baru di Jawa Timur, dengan gelar RAKAI HINO MPU SENDOK SRI ICANA WIKRAMADHARMA TUNGGADEWA (929-947). Ibukota negara icana tidak jelas, tetapi kira2 pusat pemerintahan tersebut terletak di loceret Nganjtini ditandai dengan ditemukannya Candi lor yang menunjukkan tahun 929-1222M.

Setelah Mpu Sendok meninggal tahun 947 M, kepemimpinan pemerintahan mataram diganti oleh Sri Isyana Tunggawijaya, yang kemudian mempersunting putri Lokapala. Pernikahan tersebut memberikan putra yan kemudian menggantikan kedudukan Tunggawijaya yaitu Sri Makutawangsa Whardana. Selanjutnya pada tahun 990-1007 kerajaan mataram dikendalikan oleh Sri Dharmawangsa mati terbunuh sedangkan Airlangga dapat meloloskan diri dari peristiwa itu dengan diiringi Narottama, kemudian selama 4 tahun hidup di hutan dekat Wonogiri.

Pemerintahan Airlangga

Pada tahun 1019 atas pemerintahan beberapa Adipati dan kaum Brahmana yang masih setia, Airlangga diangkat untuk menduduki tahta kembali. Ia bertahta dan bergelar SRI MAHARAJA RAKELAHU CRILO KESWARA DHARMAWANGSA AIRLANGGA ANANTA WIKRAWAI-TUNGGADEWA. Pada masa pemerintahannya, airlangga berusaha menyatukan daerah-daerah kerajaan dharmawangsa yang telah terpecah belah akibat pengeruh Sriwijaya dengan kebijakan seperti :



  • Memindahkan ibukota kerajaan dari Wuwutan Mas ke Kahuripan kembali.
  •  Mengadakan perbaikan sistem pengadilan dengan menghapus hukuman siksa diganti dengan hukuman denda. ·       
  • Memajukan pertanian dengan mendirikan pematang-pematang besar di desa Wringin Sapta pada Sungai Brantas, sehingga desa dan sawah-sawah terhindar dari banjir, Bandar Ujung Gakuh dekat Surabaya menjadi makmur. ·         
  • Memperhatikan dan memajukan perdagangan baik didalam maupun diluar negeri ke Champa, India Utara dan India Selatan. ·        
  • Memerintahkan menyalin buku Mahabarata kedalam bahasa Jawa Kuno sehingga rakyat dapat membaca dan terpengaruh oleh peradaban hindu. Mpu Kanwa menyalin buku Arjuna Wiwaha sebagai lambang perkawinan Airlangga, dan Gatot Kaca Sraya. ·         
  • Mendirikan pertapaan yang indah di puncangan, serta memperbaiki tempat-tempat suci  


Sesuai dengan kehidupan orang Hindu Airlingga ingin memenuhi kewajiban yaitu menjadi pertapa, dan sebelum mengundurkan diri pada tahun 1041 ia membagi kerajaan menjadi dua bagian untuk kedua putranya adapun pembagian kerajaan sebagai berikut :  
  1. Bagian Timur : Kerajaan Jenggala dengan ibukota Kahuripan meliputi daerah Surabaya, Malang dan Besuki. 2.     
  2. Bagian Barat : Kerajaan Panjalu atau Kadiri meliputi daerah Kediri, Madiun dengan ibukota Dahapura.


  3. Airlangga menjadi pertapa terkenal dengan nama JATIWINDRA atau MAHARESI GENTAYU hingga akhir hidupnya tahun 1049 dan abu jenazahnya dimakamkan di lereng Gunung Penanggungan.   Kerajaan Kadiri   Ketidakcakapan raja-raja yang memerintah Kerajaan Jenggala, memebuat Jenggala tidak terdengar lagi untuk waktu yang tidak beberapa lama. Kemudian kebesaran nama kerajaan di wilayah timur ini digantikan dengan munculnya kerajaan Panjalu yang lebih dikenal dengan nama kerajaan DHAHA. Letak ibukota kerajaan ini diperkirakan terletak di kota yang terkenal dengan nama Kediri sekarang ini.   Sekitar paruh waktu abad ke-11, mulailah sejarah kerajaan Kadiri yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama SRI JAYAWARSA sebagai raja pertama di kerajaan tersebut. Periode kepemerintahan kerajaan Sri Jayawarsa diperkirakan pada tahun 1104 sampai dengan 1115 M . setelah Sri Jayawarsa manglkat dari kepemimpinan-nya, pemerintah Kadiri dipercayakan kepada putranya yang bernama KAMISWARA. Masa pemerintahan Kamiswara diperkirakan terjadi antara tahun 1115 sampai dengan 1130 M. Untuk mengkhairi pertengkaran antara Kadiri dengan Jenggala, maka Kamis wra mengawini putri Jenggala yang bernama SRI KIRANA. Hal ini diyakini sebagai perkawinanpolitik yang diterapkan oleh kedua belah pihak. Pada jaman kepemimpinan Kamiswara tersebut, banyak bermunculan pujangga-pujangga terkenal,salah satu pujangga yang populer pada saat itu Mpu Dharmaja yang mengarang Kitab Semara Dahana, dan Mpu Tanakung yang mengarang Kitab Lubdaka dan Wertansantya.   Sepeninggalan Kamiswara, kerajaan Kadiri sipimpin oleh SRI JAYABAYA yang memerintah pada tahun 1135-1157 M. Sri Jayabaya diperkirakan pada tahun 1104 sampai dengan 1115 M. Setelah Sri Jayawarsa mangkat dari kepemimpinan-nya, pemerintah Kadiri dipercayakan kepada putranya yang bernama KAMISWARA. Masa pemerintahan Kamiswara diperkirakan terjadi antara tahun 1115 sampai dengan 1130 M. Untuk mengkhiri pertentangan antara Kadiri dengan Jenggala, maka Kamiswara mengawini Putri Jenggala yang bernama SRI KIRANA. Hal ini diyakini sebagai perkawinan politik yang diterapkan oleh kedua belah pihak. Pada jaman kepemimpinan Kamiswara tersebut, banyak bermunculan pujangga-pujangga terkenal, salah satu pujangga yang sangat popular pada waktu itu Mpu Dharmaja yang mengarang Kitab Semara DAHANA, dan Mpu Tanakung yang mengarang Kitab Lubdaka dan Wertansantya.   Sepeninggal Kamiswara, kerajaan Kadiri dipimpin oleh SRI JAYABAYA yang memerintah pada tahun 1135-1157 M. Sri Jayabaya terkenal sebagai pujangga dan sering dihubungkan dengan buku-buku karangan beliau yang dinamakan persis seperti nama beliau yaitu Jayabaya. Pada jaman Jayabaya tersebut hudup dua pujangga terkenal yaitu Mpu Panuluh yang kemudian menyelesaikan buku Mahabarata. Setelah Jayabaya, kerajaan Dhaha di perintah oleh, antara lain :   1.      Sawosworo pada tahun 1159-1161 2.      Aryoso pada tahun 1171-1174 3.      Gandra pada tahun 1181 4.      Kamesworo II pada tahun 1182-1185   Kediri Jaman Penjajahan Jepang Setelah Belanda menyerah kepada jepang pada tanggal 10 maret 1942, maka kota Kediri pun mengalami perubahan pemerintahan. Karena wilayah kerja Gemeente Kediri yang begitu kecil dan tugasnya sangat terbatas, maka oleh pemerintah jepang daerahnya diperluas menjadi kota. Daerah Kediri Shi atau Kediri Kota dikepalai oleh Shico.   Kediri shi terdiri dari 3 son (kecamatan)dan dikepalai oleh Shonco Son (Camat) yang terdiri dari beberapa Ku(desa), dimana tiap Ku dikepalai oleh seorang Kucho(kepala desa) Pemerintahan kediri Shi dipimpin oleh seorang Shico (walikotamadya), dimana kekeuasaanya tidak saja menjalankan pemerintah otonomi tetapi juga menjalankan Algemeen Bestuur tidak didampingi oleh DPRD, karena wewenang penuh berada ditangan Kediri Sicho.   Kediri Jaman Penjajahan Hindia Belanda Kedatangan Bangsa Belanda di Indonesia Belanda yang berdagang di Lisabon untuk mengambil barang dagangan yang didatangkan dari Asia Selatan oleh Bangsa Portugis pada tahun 1580 menghadapi kondisi yang serba sulit karena persaingan. Oleh karena kesulitan tersebut, maka Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman datang di Indonesia pada tahun 1596, tepatnya mendarat di pantai Banten.   Pada saat ini, Belanda mendapat rintangan dari orang-orang Portugis sehingga mereka berusaha untuk mempersatukan pedagang-pedagang Belanda dalam satu badan perdagangan yaitu VOC ( Verengde Ost Indischet Compagniw ) pada tahun 1602. sekita tahun 1799 VOC mengalami kerugian besar akibat korupsi pejabat-pejabatnya, sehingga dibubarkan. Segala hak dan kewajibannya diambil oleh Pemerintah Republic Mataaf ( Bataafsche Republic ) pada tahun 1799 – 1807. Pada tahun 1807 Republic Bataafche dihapuskan oleh Kaisar Napoleon Bonaparte dan diganti bentuknya menjadi kerajaan Belanda ( Konninkrijk Holand ). Dengan adanya perubahan ketatanegaraan ini menyebabkan Indonesia bagian dari kerajaan Belanda.   Kota Kediri di Awal Tahun 1906   Berdasarkan Staatblad ( Undang-Undang Kenegaraan Belanda ) No. 148 tertanggal 1 Maret 1906, mulai berlaku tanggal 1 April 1906, di Kediri dibentuk Gemeente Kediri sebagai tempat kedudukan Resident Kediri. Sifat Pemerintahan di Kediri tersebut oleh Belanda diberikan kewenangan otonomi terbatas dan sudah mempunyai Gemeente Raad sebanyak 13 orang, yang terdiri dari 8 orang golongan Eropa dan yang disamakan, 4 orang Pribumi ( inlander ) dan 1 orang Bangsa Timur Asing. Berdasarkan Staatsblad No. 173 tertanggal 13 Maret 1906, bangsa Belanda menetapkan anggaran keuangan sebesar f. 15.240 dalam satu tahun. Tanggal 1 Nopember 1928 berdasarkan Staatsblad no. 498 status Kediri menjadi Zelfstandig Gemeenteschap mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1928, yaitu daerah yang memiliki Otonom Penuli.   Meskipun telah dibentuk “ Dependen Gemeente Kediri ” Pemerintah dalam negeri atau de Algemene bestuursroering tidak dipegang oleh Gemeente Kediri tetapi dipegang oleh Het Inlandeche Bestuur yang dipimpin oleh Regent Ven Kediri 9 Bupati), wewenang Gemeente Bestuur hanya meliputi pengurus got-got dalam kota, pungutan karcis pasar, pemeliharaan jalan kota dan pungutan peneng sepeda.   Pemerintahan umum dipegang oleh Assisten Wedono dan Bupati, jadi tidak ada hubungan hirarkis di dalam pemerintahan umum dengan Bestuur, yang terjadi hanya merupakan hubungan kerja dan kepamongprajaan yang saat itu dipegang oleh Bupati Kediri.   Kediri Jaman Kemerdekaan   Jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 6 agustus 1945 dan 9 agustus 1945, membuat jepang bertekuk lutut di hadapan tentara sekutu pada tanggal 14 agustus 1945, sehingga terjadi Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945. tidak lama setelah proklamasi tersebut di Kediri muncul Syodancho Mayor Bismo (Mayor Bismo)bersama-sama tokoh Gerakan Pemuda yang dengan penuh semangat, penuh kesadaran disertai keberanian bertekad mengambil alih kekuasaan pemerintah dari tangan Jepang. Mayor Bismo mengawali masuk dan membimbing Fuku Cho Kan Alm. Abdul rochim pratlkrama dan ditengah-tengah gelora massa mengumumkan kesediaannya berdiri di belakang Pemerintahan RI dan mengankat diri sebagai Residen RI Dearah Kediri yang pertama. Massa rakyat dengan pimpinan Mayor Bismo menyerang Markas Ken PE Tai(jl.brawijaya 27), yang dihkiri melalui perundingan dengan hasil jepang menurunkan benderanya dan diganti dengan bendera Merah Putih bangsa Indonesia. Demikian sekilas perebutan kekuasaan dari bangsa Jepang di Kediri. Habislah sejarah pemerintahan Jepang di Kediri, maka pemerintah beralih kepada RI. Mula-mula Walikota didampingi oleh Komite Nasional Kotamadya, kemudian daerah berkembang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.   Adapun urut-urutan perundang-undangan samnpai kedir menjadi Pemerintah Kota adalah sebagai berikut :   1.      UU RI. No. 22 Tahun 1948 tentang Prinsip Daerah Otonomi 2.      UU RI. No. 44 Tahun 1950 STBL, No.498/28 dicatat dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950 tentang Pembentukan Kota Besar 3.      UU RI. No. 1 Tahun 1957 tentang : a.      Bentuk Pemerintahan Daerah Kota Praja b.      Daerah Swantantra Tingkat II 4.      Peraturan Presiden No. 22 Tahun 1963 tanggal 25 September 1963 tentang Penghapusan Kawedanan dan Karesidenan  5.      UU No. 18 Tahun 1965 tentang : a.      Daerah Otonomi b.      Sebutan menjadi Kotamadya, dengan SK.42/Um tanggal 26 Mei 1966 mengubah Kota Praja menjadi Kotamdya. 6.      U No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di daerah 7.      UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah   Di dalamnya terdapat perubahan penyebutan Kotamadya menjadi Kota, maka penyebutan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Kediri berubah menjadi Pemerintah Kota Kediri.   Hingga sekarang Kota Kediri telah mengalami 9 (sembilan) kali pergantian kepemimpinan di bawah Pemerintah Republik Indonesia. Dari pemimpin yang pertama hingga periode kepemimpinan Drs. H. Maschut (1999-Sekarang), Kota Kediri mengalami berbagai banyak hal kemajuan dalam pembangunan, baik pembangunan yang bersifat fisik maupun pembangunan yang non fisik. Keindahan kota Kediri semakin terlihat setelah kota Kediri mencanangkan slogan Kediri BERSEMI. Berbagai prestasi di raih dan diperoleh, tidak terkecuali dalam bidang olah raga yang mulai bangkit dengan melajunya PERSIK ke divisi I lIga Indonesia. Sehingga tidak terlalu muluk apabila Kota Kediri memang mewarisi kebesaran Kerajaan Kediri. (sumber: http://www.kedirikota.go.id)

Rabu, 09 April 2014

Bumi, Mars, dan Matahari dalam Satu Garis

Fenomena astronomi menarik akan terjadi pada Selasa (8/4). Bumi, Mars, dan Matahari akan berada dalam satu garis lurus.




Kesegarisan Bumi, Mars, dan Matahari itu disebut peristiwa oposisi. Fenomena ini terjadi setiap 778 hari, atau 2 tahun 1 bulan 18 hari.
Bumi memerlukan 365 hari untuk mengelilingi Matahari. Sementara, Mars lebih lama, memakan waktu 687 hari.
Dalam proses mengelilingi, ada kalanya Bumi dan Mars akan tampak satu garis jika manusia melihat keseluruhan Tata Surya dari atas.
Diuraikan Space.com, Sabtu (5/4), oposisi Mars akan diikuti dengan fenomena menarik lain. Enam hari sesudahnya, Mars akan lebih dekat dengan Bumi sehingga akan tampak sedikit lebih besar.
Ada dua macam oposisi Mars, mudahnya bisa ikategorikan sebagai yang menguntungkan dan tidak. Pembagian itu berdasarkan jarak Mars dari Matahari.
Saat Mars mencapai titik terdekatnya dengan Matahari atau perihelion (sekitar 206 juta km), saat itulah oposisi dianggap menguntungkan karena jarak Mars lebih dekat dengan Bumi.
Oposisi yang mengunrungkan ini pernah terjadi pada tahun 2003 lalu. Saat oposisi menguntungkan, berdasarkan gambar di atas, Mars berada pada posisi pukul empat.
Posisi yang tidak menguntungkan terjadi ketika Mars berada pada titik yang paling jauh dengan Matahari (aphelion).
Saat aphelion, Mars berada pada jarak sekitar 249 juta km. Kondisi oposisi ini pernah terjadi pada bulan Maret 2012.
Oposisi besok akan sedikit lebih baik daripada tahun 2012 lalu akan akan terus lebih baik hingga tahun 2018.
Saat mencapai Mars mendekati Bumi nanti, pada 14 April 2014 mendatang, planet tersebut akan berjarak 92,4 juta kilometer.
Untuk menilustrasikan perbedaannya, pada Maret 2012 lalu, jarak Mars dengan Bumi adalah 100,9 juta kilometer, sementara pada Agustus 2003 hanya 55,8 juta km.
Bagaimanapun, pada tahun ini, seminggu ke depan akan menjadi momen terbaik untuk melihat Mars. Jadi, manakala langit cerah, lihatlah ke langit dan Mars.
Mars akan tampak sebagai titik merah di angkasa. Jika melihatnya, jangan lupa untuk memotretnya. Si planet merah bahkan bisa dipotret dengan kamera smartphone.

(Sumber: sains.kompas.com)

Halaman