Senin, 05 Maret 2012

Zona Labil

Zona labil merupakan suatu wilayah yang menunjukkan daerah itu
mempunyai kondisi tanah yang terus bergeser, pergeseran tanah ini dapat terjadi karena longsor, peretakan tanah atau bisa juga daerah itu dilalui patahan bumi. Daerah yang rentan terhadap geseran tanah adalah daerah dekat atau sepanjang patahan (Arifah, 2009).
Geseran tanah yang sering terjadi adalah tanah longsor yang merupakan
proses perpindahan massa tanah secara alami dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Longsoran umumnya terjadi jika tanah sudah tidak mampu menahan berat lapisan tanah di atasnya karena ada penambahan beban pada permukaan lereng dan berkurangnya daya ikat antarbutiran tanah akibat tidak ada pohon keras (berakar tunggang). Faktor pemicu utama kelongsoran tanah adalah air hujan.
Dengan demikian, air hujan leluasa menggerus tanah dan masuk ke dalam tanah. Juga diperburuk dengan jenis tanaman di permukaan lereng yang kebanyakan berakar serabut dan hanya bisa mengikat tanah tidak terlalu dalam
sehingga tidak mampu menahan gerakan tanah. Daerah dengan ciri seperti itu
merupakan daerah rawan longsor. Jika suatu daerah termasuk kategori rawan
longsor, kejadian longsor sering diawali dengan kejadian hujan lebat terus-
menerus selama lima jam atau lebih atau hujan tidak lebat tetapi terus-menerus hingga beberapa hari, tanah retak di atas lereng yang selalu bertambah lebar dari waktu ke waktu, pepohonan di lereng terlihat miring ke arah lembah, banyak terdapat rembesan air pada tebing atau kaki tebing, terutama pada batas antara tanah dan batuan di bawahnya.
Selain merupakan daerah rawan longsor kawasan zona labil biasanya
merupakan daerah yang di lalui oleh patahan bumi, daerah ini sangat labil karena kondisi tanah yang ada di sana terus bergerak, hal ini dipengaruhi oleh gerakan lempeng-lempeng bumi secara konvergen atau saling bertumbukan. Pergerakan kulit bumi yang berupa lempeng-lempeng tektonik itu muncul dalam wujud gelombang yang disebut gempa. Pergerakan lempeng tektonik menciptakan kondisi terjepit atau terkunci dimana terjadi penimbunan energi dengan suatu jangka waktu tertentu yang untuk selanjutnya dilepaskan dalam bentuk gelombang gempa, energi gelombang gempa bumi akan dikonsentrasikan dan difokuskan jika gelombang gempa bumi melintas di jaur patahan, goncangan dari gempa bumi ini dapat menggeser posisi tanah baik ke arah lateral ataupun horizontal dan dapat pula pada arah vertikal sehingga terjadi amblesan di sekitar patahan itu (Suseno 2007: 18).


Sumber: Yulianingrum, Dita. 2011. Skripsi: Pemetaan Resistivitas Area Rawan Longsor dengan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner (Studi Kasus di Desa Joho Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung). Malang: Universitas Negeri Malang.

Sabtu, 03 Maret 2012

Klasifikasi Gerakan Tanah

Pada suatu kelerengan tidak akan terjadi gerakan tanah hanya oleh satu faktor saja. Hampir seluruh gerakan tanah terjadi oleh karena penyebab yang kompleks. Sepanjang waktu lereng yang curam itu ada, gaya gravitasi secara terus menerus menariknya ke bawah, dan air selalu meresap ke dalam tanah, tetapi tidak terjadi gerakan tanah pada lereng tersebut. Kemudian datanglah faktor pemicu gerakan tanah, misal hujan yang lebat, dan terjadilah gerakan tanah. Pemicu gerakan tanah yang lain adalah gempabumi atau hujan lebat dan semakin umum adalah akibat ulah manusia (Dwikorita, 2003)
Ada dua faktor penting di dalam menentukan tipe-tipe gerakan tanah, yaitu: kecepatan gerakannya dan kandungan air di dalam materi yang mengalami gerakan tanah.

Tanah Longsor
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak dari tempat yang tinggi ketempat yang lebih rendah. Proses terjadinya tanah longsor sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng. (Arifah, 2009)
Longsoran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu longsoran rotasional dan longsoran planar/translational. Longsoran rotasional inilah yang umum dijumpai, longsoran bergerak melalui bidang rotasional yang sumbunya sejajar dengan lereng batuan. Pada keadaan tidak terjadi longsor (gambar 2.1.a), maka akan terjadi keseimbangan antara driving force terhadap resisting force. Jika driving force lebih besar dari resisting force maka terjadilah longsor dan bila longsor terjadi, maka bagian kepala (head of slide pada gambar 2.1.b) akan turun dan pada bagian toe akan terangkat (gambar 2.1.b). Setelah terjadi longsor pada kepala terbentuk cekungan, air terakumulasi padanya dan air tersebut meresap ke dalamnya sehingga kepala menjadi tidak stabil. Di samping itu, di atas kepala longsoran meninggalkan tebing yang lebih curam dibanding sebelum longsor dan hal inilah yang menyebabkan longsoran berulang kembali di tempat yang sama. (Subagyo, 2003)


Gambar 2.1. Analisis Stabilitas Lereng Pada Longsoran Rotasional (a)Sebelum Terjadi Longsor (b) Setelah Terjadi Longsor

Longsoran translasional terjadi pada bidang yang lemah seperti bidang sesar/patahan, bidang kekar, lapisan yang kaya akan lempung, atau terjadi pada batuan keras berada di atas batuan yang lunak.
1. Longsoran Translasi



Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. (ESDM)

2. Longsoran Rotasi



Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia.

Sumber: Yulianingrum, Dita. 2011. Skripsi: Pemetaan Resistivitas Area Rawan Longsor dengan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner (Studi Kasus di Desa Joho Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung). Malang: Universitas Negeri Malang.

Halaman