Senin, 23 Mei 2011

Klasifikasi Tanah

Tanah merupakan benda yang tidak homogen, sangat bervariasi baik secara fisik: warna, tekstur, maupun secara kimia atau kandungan mineralnya. Usaha untuk membeda-bedakan tanah berdasarkan atas sifat-sifat yang dimilikinya disebut mengklasifikasi tanah. Klasifikasi tanah dapat dibedakan menjadi klasifikasi alami, dan klasifikasi teknis (Hardjowigeno, 1987).
Klasifikasi alami adalah klasifikasi tanah berdasarkan atas sifat tanahyang dimilikinya tanpa menghubungkan dengan tujuan penggunaan tanah tersebut. Klasifikasi ini memberikan gambaran dasar sifat fisik, kimia, dan mineralogy tiap-tiap kelas tanah yang dapat digunakan sebagai dasar pengolahan untuk berbagai penggunaan tanah.
Klasifikasi teknis adalah klasifikasi tanah yang didasarkan pada sifat-sifat tanah yang berpengaruh pada kemampuan tanah untuk penggunaan tertentu. Dalam pengertian sehari-hari yang dimaksud dengan klasifikasi tanah adalah klasifikasi alami, sedangkan klasifikasi teknis ini umumnya disebt klasifikasi kemampuan atau kesesuaian lahan. (Suripin, 2004)
Ada berbagai macam sistem klasifikasi tanah di dunia ini, karena banyak Negara menggunakan system klasifikasi tanah yang dikembangkannya sendiri. Di Indonesia saat ini dikenal ada tiga sistem klasifikasi tanah yang dipakai yaitu system PPTB (Pusat Penelitian Tanah Bogor), FAO/UNESCO, dan SCS-USDA.

A. ALFISOL
Tanah-tanah yang mempunyai kandungan liat tinggi di horizon B(horizon argilik) dibedakan menjadi tanah Alfisol (pelapukan belum lanjut) dari tanah Ultisol (pelapukan lanjut). Tanah Alfisol kebanyakan ditemukan di daerah beriklim sedang, dapat pula ditemukan di daerah tropika dan subtropika terutama di tempat-tempat dengan tingkat pelapukan sedang.
Proses pembentukan tanah
Dua prasyarat yang diperlukan Alfisol adalah:
1. Mineral liat Kristalin sedang jumlahnya
2. Terjadi akumulasi liat di horizon B yang jumlanya memenuhi syarat horizon agrilik, atau kandik.
Keadaan lingkungan yang memungkinkan terbentuknya horizon spodik, molilik, atau horizon lain atau horizon lain yang bukan agrilik tidak didapat. Alfisol ditemukan di banyak zone iklim, tetapi yang utama adalah di daerah beriklim sedang yang bersifat humid atau ubhumid, dengan bahan induk relatif muda dan stabil paling sedikit selama beberapa ribu tahun. Oleh karena itu Alfisol adalah tanah yang relative muda, masih banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya unsur hara. Di daerah tropika ditemukan di tempat yang lebih muda dari pada daerah-daerah Ultisol dan Oxisol, atau di tempat-tempat dengan bahan induk mafic.
Alfisol ditemukan di daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses pembentukan alfisol di Iowa memerlukan waktu 5000 tahun (Arnold dan Riecken, 1964) karena lambatnya proses akumulasi liat untuk membentuk hodison agrilik. Alfisol terbentuk di bawah vegetasi hutan berdaun lebar (deciduous). Proses pembentukan Alfisol melalui urutan sebagai berikut:
1. Pencucian karbonat
Pencucuian karbonat dan braunifikasi merupakan prasyarat untuk pembentukan Alfisol. Kalsium Karbonat (dan bikarbonat) merupakan flocculant yang kuat sehingga dalam pembentukan Alfisol, karbonat perlu dicuci lebih dulu agar plasma menjadi lebih mudah bergerak bersama dengan perkolasi. Dengan pencucian karbonat ini tanah menjadi lebih masa, kadanag-kadang sampai mencapai pH 4,5.
2. Pencucian besi
Besi sebagai flocculant dengan kekuatan sedang mengalamai pencucuian setelah karbonat, dan diendapkan di horizon B, sehingga warna tanah menjadi coklat (braunification).
3. Pembentukan epipedon okhrik (horison A1)
Bahan organik tidak tercampur terlalu dalam dengan bahan mineral, karena akar-akar halus tanaman hutan tidak terlalu banayak masuk ke dalam tanah seperti padang rumput. Bahan organik yang terdapat di permukaan tanah dicamur dengan bahan mineral oleh cacing atau hewan-hewan lain, pada kedalaman 2 – 10 cm, sehingga terbentuk lapisan mull (horizon A1). Proses biocycling unsure hara dan basa-basa dari subsoil ke horizon O dan A1 merupakan proses yang penting untuk tanah Udalf. Hal ini dapat menyebabkan reaksi tanah di subsoil menjadi masam (pH 4,8 – 5,8).
4. Pembentukan horizon albik
Beberapa jenis ALfisol memiliki horizon E yang jelas berwarna pucat yang disebut horizon albik. Horizon ini terbentuk sebagai akibat pencucian liat dan bahan organic, sedang proses mineralisasi sedikit sekali terjadi. Pecucian liat terjadi secara mekanik (lessivage) bersama air perkolasi. Horizon albik kadang-kadang juga mengandung cukup banyak bahan organic tetapi tidak berwarna (Wilde, 1950). Mineral-mineral resisten seperti kuarsa menjadi lebih banyak di horizon A dan rasio SiO2/R2O3 menjadi lebih besar dari Bt.
5. Pengendapan argillan
Terjadinya pengendapanliat bersama seskuioksida dan bahan organic di horizon Bt disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a. Air perkolasi tidak cukup banyak sehingga tidak dapat meresap lebih jauh ke dalam tanah.
b. Butir-butir tanah yang mengembang, menutup pori-pori tanah sehingga air perkolasi lambat bergerak.
c. Penyaringan oleh pori-pori halus yang tersumbat.
d. Plokulasi liat bermuatan negatif oleh besi oksida yang bermuatan positif di horizon Bt dan oleh kejenuhan basa yang lebih tinggi di bagian solum. Curah hujan yang tinggi setelah kemarau panjang mendorong pembentukan Alfisol. Pada beberapa jenis Alfisol, liat di horizon argilik terbentuk in situ dari pelapukan bahan induk.
Penggunaan Tanah
Alfisol merupakan tanah yang subur, banyak digunakan untuk pertanian, rumput ternak atau hutan. Tanah ini mempunyai kejenuhan basa tinggi, kapasitas tukar kation tinggi, cadangan unsure hara tinggi. Bagian Timur dari daeran Cornbelt di Amerika Serikat terdiri dari tanah Alfisol (asosiasi dengan aquoll). Bahaya erosi perlu diperhatikan, karena kalau barisan argilik muncul dipermukaan, tanah menjadi kurang baik (liat terlalu tinggi).

B. ANDISOL
Andisol adalah tanh yang berkembang dari bahan vulkanik seperti abu vulkanik, batuapung, sinder, lava, dan sebagainya, dan/atau bahan vulkanik klastik, yang fraksi koloidnya didominasi mineral “short range order” (alophan, imogolit, ferihidrit) atau kompleks Al-humus. Dalam keadaan lingkunga tertentu, pelapukan aluminosilikat primer dalam bahan induk nonvulkanik dapat juga menghasilkan mineral “short range order” sebagian tanah seperti ini juga termasuk dalam Andisol.
Andisol dapat mempunyai sembarang apipedon, aslakan prasyaratsn minimum untuk ordoa Andisol dapat terpenuhi pada dan/atau di bawah epipedon. Andisol juga dapat mempunyai sembarang regim/kelembapan dan regim temperature tana dan dapat ditemukan disembarang posisi landscape maupun ketinggian.
Andisol memenuhi syarat sebagai tanah mineral; syarat ini untuk membedakan dengan tanah Histosol yang merupakan tanah organic.
Sifat tanah Andik ditemukan pada kedalaman 60 cm teratas dari tanah mineral, dalam suatu lapisan yang tebalnya paling sedikit 35 cm, kecuali bila sentuh sela atau selasemu terdapat pada kedalaman kurang dari 35 cm. dibawah lapisan dengan sifat taah andik tersebut, tanah dapat mempunyai sembarang horizon penciri. Itulah syarat minimum untuk Andisol. Asal syarat ini dipenuhi maka tanah tersebut Andisol, apapun sifat tanah yang dibawahnya.
Pengolahan tanah misalnya pelumpuran 25 cm lapisan atas untuk padi sawah dapat mengubah sifat fisik lapisan atas, misalnya kerapatanlindak (bulk density). Walaupun demikian terdapatnya lapisan dengan sifat tanah andik setebal paling sedikit 35 cm di bawah lapisan yang diolah tersebut aka menempatkan tanah tersebut sebagai Andisol.
Banyak Andisol yang berlapis-lapis (stratified) untuk dapat disebut Andisol, lapisan-lapisan yang mempunyai sifat tanah andik tersebut tebal seluruhnya (kumulatif) harus sekurang-kurangnya 35 pada kedalaman 60 cm teratas. Di banayak tempat bahan asalvulkanik sering tercampur dengan bahan lain seperti loess, bahan alluvium, dan sebagainya, asalkan syarat minimum sifat tanah andik dan syarat ordo Andsiol terpenuhi, tanah tersebut juga termasuk Andisol.
Sifat tanah andik kadang-kadang ditemukan pada horizon spodik. Tanah ini termasuk dalam ordo Spodosol dan tidak termasuk ordo Andisol karena pada Andisol translokasi Fe dan Al atau bahan organic dari lapisan atas ke lapisan bawah tidak terlihat. Andisol berbeda dengan Spodosol karena Andisol tidak mempunyai horizon albik atau sisa-sisa horizon albik serta tidak mempunyai horizon spodik.
Sifat-sifat fisiko-kimia tanah andik sering ditemukan pada tanah Oxisol. Walaupun demikan sefat tanah andik berbeda dengan horizon oksik, karena sifat tanah andik mengandung banyak mineral mudah lapuk seperti gelas vulkanik, feldspar, atau mineral fero-magnesium. Selain itu horizon oksik juga tidak mengandung alofan dan Al-humus.
Andisol dapat mempunyai regim kelembapan aridik, asla prasyaratan minimum Andisol dipenuhi. Dalam hal ini Andisol mungkin mempunyai akumulasi karbonat sekunder, gypsum atau garam-garam.
Horizon-horison dengan sifat tanah andik sering memenuhi syarat sebagai horizon kambik; karena itu tanah ini diklasifikasikan sebagai Inceptisol. Andisol dibedakan dengan Inceptisol berdasar atas sifat hasil pelapukan yang pada Andiso; didominasi oleh mineral “short range order” sedangkan pada Inceptisol mineral liat kristalin.
Telah banyaknya pelapukan mineral walaupun minimum, membedakan Andisol dengan tanah yang sebagian besar mineralnya belum teubah yang temasuk dalam ordo Entisol. Pelapukan yang masih sedikit terjadi, ditunjukkan oleh sifat-sifat kimia dalam definisi sifat tanah andik dan berhubungan dengan terdapatnya bahan “short range ordo” dalam jumlah sedikit.
Proses pembentukan tanah
Proses pembentukan tanah yang utama pada andisol adalah proses pelapukan dan transformasi (perubahan bentuk). Proses pemindahan bahan (translokasi) dan penimbunan bahan-bahan tersebut di dalam solum sangat sedikit. Akumulasi bahan organic dan terjadinya kompleks bahan organik dengan Al merupakan sifat khas pada beberapa Andisol.
Pelapukan mineral aliminium silikat primer telah berlanjut hanya sampai pada pembentukan mineral “short range order” seperti alophan, imogolit, dan ferihidrit.tingkat pelapukan seperti ini sering dikatakan sebagai tingkat peralihan antara tanah vulkanik yang belum dilapuk dengan tanah vulkanik yang lebih melapuk. Walaupun demikian pada keadaan lingkungan tertentu mineral-mineral “short range order” cukup stabil sehingga tidak atau lambat sekali berubah menjadi mineral lain.
Penggunaan tanah
Andisol merupakan tanah yang cukup subur. Di Indonesia Andisol merupakan tanah utama yang digunakan untuk perkebunan the seperti di daerah Pangalengan (Jawa Barat), daerah sekitar Danau Toba (Sumatera Utara) dan lain-lain. Kecuali itu Andisol banayak digunakan untuk taman holtikultura baik berupa tanaman bunga, sayur-sayuran maupun buah-buahan. Andisol dataran rendah seperti di daerah Dali Sumatera Utara merupakan tanah tembakau yang sangat terkenal. Fiksasi P yang besar pada ANdisol merupakan masalah penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan tanah tersebut.

C. ENTISOL
Entisol merupakan tanah yang baru berkembang. Walaupun demikian tanah ini tidak hanya berupa bahan asal atau bahan induk tanah saja tetapi harus sudah terjadi proses pembentukan tanah yang menghasilkan epipedon okhrik. Pada Entisol mungkin juga ditemukan epipedon anthropik, horizon albik dan agrik.akumulasi garam, besi oksida dan lain-lain mungkin ditemukan tapi pada kedalaman lebih dari 1 meter.
Proses Pembentukan Tanah
Proses pembentukan tanah Entisol dipengaruhi oleh factor-faktor berikut:
1. Iklim yang sangat kering, sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi kimia berjalan sangat lambat.
2. Erosi yang kuat, dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih banyak dari yang dibentuk melalui proses pembentukan tanah. Banyak terdapat dilereng-lereng yang curam.
3. Pengenndapan terus menerus,menyebabkan pemebentukan horizon lebih lambat dari pengendapan. Terdapat misalnya di daerah dataran banjir di sekitar sungai, delta, lembah-lembah, daerah sekitar gunung berapi,bukit-bukit pasir pantai.
4. Imobilisasi plasma tanah menjadi bahan-bahan inert, misalnya flokulasi bahan-bahan oleh karbonat, silica dan lain-lain.
5. Bahan induk yang sangat sukar dilapuk (inert), atau tidak permeable, sehingga air sukar meresapdan reaksi-reaksi tidak berjalan.
6. Bahan induk yang tidak subur atau mengandung unsure-unsur beracun bagi tanaman atau organisme lain. Diferensiasi oleh bahan organiktidak dapat terjadi.
7. Selalu jenuh air atau bergenang, menghambat perkembangan horizon.
8. Waktu yang singkat, belum memungkinkan perkembangan tanah.
9. Perubahan yang dratis dari vegetasi. Kalau pohon-pohon cemara yang mempengaruhi pembentukan tanah Spodosol (Podsol) diganti dengan tumbuhan berdaun lebar, maka profil Spodsol dapat berubah menjadi Entisol dalam waktu kurang dari satu abad (Hole, 1976)
Beberapa macam proses pembentukan tanah mungkin mulai berjalan, tetapi belum dapat menghasilkan horizon penciri horizon tertentu yang dapat digolongkan ke dalam ordo tanah lain selain Entisol. Proses tersebut baru dapat menghasilkan epipedon okhrik, akibat pembentukan struktur dan pencampuran bahan organic dengan bahan mineral di lapisan atas.
Penggunaan Tanah
Pertanian
Banyak tanah Entisol yang digunakan untuk usaha pertanian misalnya di daerah endapan sungai atau daerah rawa-rawa pantai. Tanah-tanah Entisol yang berasal dari bahan alluvium umumnya merupakan tanah subur. Perbaikan drainase di daerah rawa-rawa menyebabkan munculnya out-clay yang sangat masam akibat oksidasi sulfide menjadi sulfat.
Padi sawah banyak ditanam di daerah-daerah alluvial ini. Di Florida, Amerika Serikat, perkebunan jeruk terdapat pada tanah-tanah Entisol berpasir (Psamment).
Tanah-tanah Entisol yang berlereng curam dan berbatu-batu banyak yang dijadikan daerah cagar alam. Di daerah subhumid, semi arid, dan arid tanah-tanah Entisol yang kurang subur banyak digunakan sebagai padang pengembalaan sapi atau kambing.

D. INCEPTISOL
Inceptisol adalah tanah-tanah yang kecuali dapat memilikiepipedon okrik dan horizon albik seperti yang dimiliki tanah Entisol juga mempunyai beberapa sifat penciri lain (misalnya horizon kambik) tetapi belum memnuhi syarat bagi ordo tanah yang lain.
Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih lemah disbanding dengan tanah matang, dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya.
Beberapa inceptisol yang terdapat dalam keseimbangan dengan lingkungan dan tidak akan matang bila lingkungan tidak berubah. Beberapa inceptisol yang lain telah dapat diduga arah perkembangannya apakah ke Ultisol, Alfisol, atau tanah-tanah yang lain.
Proses Pembentukan Tanah
Beberapa factor yang mempengaruhi pembentukan Inceptisol adalah:
1. Bahan induk yang sangat resisten.
2. Posisi dalam landscape yang ekstrim yaitu daerah curam atau lembah.
3. Permukaan geomorfologi yang muda, sehingga pembentukan tanah belum lanjut.
Tidak ada proses pedogenik yang dominan kecuali leaching, meskipun mungkin semua proses pedogenetik adalah aktif. Di lembah-lembah yang selalu tergenang air terjadi proses gleisasi sehingga terbentuk tanah dengan khroma rendah.
Di tempat dengan bahan induk resisten, proses pembentukan liat terhambat. Bahan induk pasir kuarsa memungkinkan pembentukan hodison spodik melalui proses podsolisasi.
Penggunaan Tanah
Penggunaan Inceptisol untuk pertanian atau nonpertanian adalah beraneka ragam. Daerah-daerah yang berlereng curam untuk hutan, rekreasi atau wildlife, yang berdrainase burukhanya untuk tanman pertanian setelah drainase diperbaiki.
Inceptisol yang bermasalah adalah Sulfaquept, yang mengandung horizon sulfuric (cat clay) yang sangat masam.

E. MOLLISOL
Mollisol adalah tanah dengan epipedon mollik. Walaupun demikian tidak semua tanah yang mempunyai epipedon mollik diklasifikasikan sebagai Mollisol. Misalnya pada tanah Vertisol juga dapat ditemukan epipedon mollik tetapi mempunyai sifat yang plastis dengan mengembang mengkerut, sehingga sifat mollik menjadi kurang nyata. Epipedon mollik juga dapat ditemukan pada Inceptisol, tetapi gelas vulkanik dan horizon kambik yang masam lebih banyak pengaruhnya terhadap profil tanah dari pada epipedon mollik. Demikian pula tanah yang memiliki epipedon yang memenuhi syarat sebagai epipedon mollik tetapi terbentuk sebagai akibat pengapuran, tidak dapat diklasifikasikan sebagai Mollisol. Mollisol dapat mempunyai hodison albik, agrilik, kalsik dan nartik.
Mollisol banyak ditemukan di daerah Amerika bagian Utara Tengah, dan Eropa bagian Tenggara (rusia, Hongaria, Bulgaria, Rumania). Di Indonesia Mollisol ditemukan umumnya di daerah berbukit kapur.
Tanah ini terbentuk di bawah vegetasi rumput baik tumput rendah,s edang atau tinggi. Penambahan bahan organic ketanah sekitar 100-500 kg/ha tanah. Penyebaran daerah padang rumput (prairi) banayak dipengaruhi iklim. Curah hujan sekarang antara 300-1000 mm/tahun.
Proses Pembentukan Tanah
Proses pembentukan tanah yang terpenting adalah melanisasi yaitu proses pembentukan tanah berwarna gelap karena penambahan bahan organic. Proses ini sebarnya merupakan kumpulan beberapa proses yaitu:
1. Prolifirasi akar-akar rumput, yaitu penyebaran akar-akar ke dalam profil tanah.
2. Pelapukan bahan organic di dalam tanah membentuk senyawa-senyawa yang stabil dan berwarna gelap (polisakharida dan liat).
3. Pencampuran bahan organic dan bahan mineral tanah keaena kegiatan organism seperti cacing, semut rodent dan lain-lain sehingga terbentuk kompleks mineral organic yang berwarna kelam, krotovinas atau gundukan-gundukan (mound).
4. Eluviasi dan iluviasi koloid organic dan beberapa koloid mineral melalui ringga-rongga tanah sehingga terdapat selaput bahan organic yang berwarne hitam di sekeliling struktur tanah.
5. Pembentukan senyawa lingo protein yang resisten sehingga warna tanah menjadi hitam meskipun telah lama diusahakan untuk pertanian.
Penggunaan Tanah
Mollisol merupakan tanah yang subur dengan hanya sedikit pencucian sehingga kejenuhan basa lebih tinggi. Sebagian besar telah diusahakan untuk pertanian. Daerah Cornbelt di Amerika Serikat, hamper seluruhnya terdiri dari tanah Mollisol. Di Indonesia Mollisol umumnya ditemukan di daerah bukit kapur (subordo Rendoll), sehingga karena tanah bersolum dangkal penggunaannya cukup terbatas.

Jumat, 20 Mei 2011

Ekosistem Daerah Aliran Sungai

Daerah aliran sungai (catchment, basin, watershed) merupakan semua daerah dimana semua airnya mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Menurut kamus Webster (Suripin, 2001:183), DAS adalah suatu daerah yang dibatasi oleh pemisah topografi, yang menerima hujan, menampung air hujan, menyimpan dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya sampai ke danau atau laut. Aktifitas dalam DAS yang menyebabkan perubahan ekosistem, misalnya perubahan tata guna lahan, khususnya di daerah hulu sehingga memberikan dampak pada daerah hilir berupa perubahan jumlah debit air dan kandungan sedimen serta material yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini maka pengelolaan DAS mempunyai fungsi penting sebagai pengelolaan dan alokasi sumber daya alam di daerah aliaran sungai termasuk pencegahan banjir dan erosi, serta perlindungan nilai keindahan yang berkaitan dengan sumber daya alam dan yang terpenting adalah kelangsungan ekosistem DAS.
Ekosistem DAS merupakan bagian penting, karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap DAS. Perlindungan ini, antara lain dari segi fungsi tata air. Dalam hal ini DAS hulu seharusnya menjadi fokus perencanaan pengelolaan DAS mengingat bahwa dalam suatu DAS merupakan daerah hulu dan hilir yang mempunyai keterkaitan biofsik melalui daur hidrologi. DAS terdapat suatu ekosistem dimana di dalamnya terjadi suatu proses interakasi antara faktor-faktor biotik, non biotik dan manusia. Sebagai suatu ekosistem terdapat masukan (input) yang selama berlangsung menghasilkan keluaran (output). Komponen masukan dalam ekosistem DAS meliputi curah hujan, sedangkan keluaran terdiri dari debit air dan muatan sedimen. Komponen-komponen DAS yang berupa vegetasi, tanah dan saluran atau sungai hanya bertindak sebagai prosesor (Suripin, 2001:183).

Halaman